Titik Persimpangan Partai Koalisi dan Oposisi, Harus Kemana?
Jumat, 16 Februari 2024 20:06
Reporter : Ekadyana N. Fauzi
Ilustrasi Arah Partai Pasca Pemilihan Presiden/Timdigo.id
Jakarta, DigoID-Hasil hitung cepat atau quick count Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, nih. Banyak lembaga survei yang menyimpulkan kalo PDIP lagi unggul banget dibanding partai politik lain buat kursi DPR, bro.
Hasil Quick Count dan Daftar Partai Suara Tertinggi
Misalnya, menurut Litbang Kompas, pas quick count mereka sampe 94,35 persen pada Kamis, 15 Februari siang, PDIP udah ada di puncak dengan 16,29 persen suara. Nah, Vox Pol juga ngasih data yang serupa, nih. Saat quick count mereka sampe 67,70% pada Kamis malem, PDIP juga tetep jadi yang paling atas dengan torehan 16,54 persen suara.
hitung cepat dari Charta Politika nih, bro. Perhitungan mereka sampe 91,40 persen per Kamis, 15 Februari 2024 pagi jam 07.16 WIB. Nah, hasilnya ada sembilan parpol yang berhasil masuk ke Parlemen.
Dilihat dari urutan perolehan suara, mereka itu PDIP yang di puncak, diikuti oleh Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PKS, Partai NasDem, Partai Demokrat, PAN, dan yang terakhir PPP. Seru, kan? Jumlah parpolnya sama kayak di Pileg 2019, cuma urutannya aja yang beda.
Gak cuma itu, petinggi PDIP juga udah bilang kalo peluang buat jadi oposisi di pemerintahan RI periode 2024-2029 kemungkinan bakal jadi kenyataan.
Nah, buat bisa masuk ke DPR, parpol harus lewatin ambang batas parlemen alias parliamentary threshold, yang sekitar 4 persen gitu.
Dalam quick count ini, Litbang Kompas cuma ambil sampel dari pemilih dalam negeri aja, jadi total pemilihnya sekitar 203.056.748 orang, bro. Tersebar di 38 provinsi dengan 2.000 Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampel di Indonesia. Gokil, kan? Tapi jangan lupa, ini cuma quick count, ya, bukan hasil resmi.
Pdip Siap Oposisi
Ngerespons hitung cepat yang menyimpulkan kemenangan paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin RI 2024-2029, Hasto menegaskan PDIP siap menjadi oposisi.
Hasto bilang PDIP udah punya pengalaman panjang sebagai oposisi, yaitu setelah Pemilu 2004 dan 2009.
"Ketika PDI Perjuangan berada di luar pemerintahan tahun 2004 dan 2009, kami banyak diapresiasi karena peran serta meningkatkan kualitas demokrasi. Bahkan, tugas di luar pemerintahan, suatu tugas yang patriotik bagi pembelaan kepentingan rakyat itu sendiri," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 Februari 2024.
Dia bilang kalo parpol oposisi itu penting banget buat menjalankan fungsi check and balances, gitu. Apalagi ngeliat dari dua periode pemerintahan Presiden RI Joko Widodo, menurut Hasto, kekuasaan yang terpusat bisa buka peluang buat manipulasi, bro.
Jadi, menurut Hasto, PDIP siap banget berjuang buat ngejaga keseimbangan ini. Mereka bakal berperan lewat fraksi partai di parlemen dan juga secara institusi.
"Karena apa pun yang terjadi dalam dinamika politik nasional, kami punya kewajiban untuk menyampaikan apa yang terjadi kepada rakyat," tegas Hasto.ada Pilpres 2024 ini, PDIP merupakan pengusung paslon nomor urut 3 Ganjar Paanowo-Mahfud MD.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) udah mengaku nerima secara terbuka keinginan Prabowo-Gibran untuk bertemu tetapi dengan syarat.
Pernyataan itu disampein sama Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Aryo Seno Bagaskoro dalam Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Jumat, 16 Februari 2024.
“Tentu ini satu hal yang baik, karena dari dulu juga PDI Perjuangan ini adalah sebenarnya partai yang terbuka, kami ini partai terbuka, tapi terbuka dengan apa terbuka dengan syarat,” ucap Aryo.
“Syaratnya apa, setiap pihak yang kemudian bertemu adalah pihak-pihak yang memang memikirkan kepentingan bangsa dan negara, tidak memikirkan kepentingan diri sendiri dan keluarga, tidak mementingkan ambisi diri sendiri atau keluarga, mementingkan kepentingan rakyat, tidak hanya mementingkan kepentingan sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia.”
Pengamat Politik dari Citra Institute, Efriza meyakini, Prabowo Subianto sebagai capres pemenang berdasarkan hasil quick count, akan mengajak sejumlah partai kubu lawan untuk masuk koalisinya. Prabowo perlu melakukan itu agar mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen, sehingga pemerintahannya kelak bisa berjalan mulus.
"(Prabowo-Gibran) perlu membangun kekuatan koalisi yang besar jika ingin keputusan atau kebijakan pemerintahannya tidak diganggu oleh parlemen," kata Efriz, dilansir republika, Kamis, 15 Februari 2024.
Peta Politik Partai Oposisi
kalo hasil quick count-nya beneran sesuai sama hasil penghitungan resmi KPU, kemungkinan total kursi yang dikuasai koalisi Prabowo di Senayan gak bakal nyampe 50 persen, bro. Jadi, menurut Efriza, yang dikenal sebagai pemimpin KIM (Koalisi Indonesia Maju), Prabowo Subianto bakal ngajak tiga partai politik buat bergabung ke koalisinya. Tujuannya, buat pastiin pemerintahannya nanti bisa jalan dengan lancar.
Nasdem
Efriza juga ngasih penjelasan menarik, bro. Dia bilang kalo Nasdem punya peluang paling besar buat gabung ke koalisi Prabowo. Karena, Nasdem sampe sekarang masih loyal dukung Pemerintahan Jokowi, gitu.
Selain itu, ada juga faktor hubungan personal antara Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, sama Prabowo. Mereka berdua pernah jadi kader Golkar dulu, loh. Jadi, kayaknya Prabowo bakal lebih terbuka buat terima Nasdem masuk ke Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Surya Paloh, Prabowo, dan Airlangga sama-sama punya hubungan baik di Golkar. Romantisme dan persahabatan memudahkan (kemungkinan Nasdem masuk KIM)," kata Efriza.
PKB
PKB, lanjut dia, juga berpotensi besar bisa gabung koalisi Prabowo. Sebab, PKB dan Gerindra pernah membangun koalisi jelang Pilpres 2024, meski gagal berlayar. Kendati begitu, hubungan Gerindra dan PKB tetap harmonis.
"Perlu diingat juga bahwa Muhaimin (Ketua Umum PKB) adalah orang yang rasional dan pragmatis demi kepentingan partainya. Ia enggan di luar pemerintah seperti PDIP dan Anies," kata dosen Ilmu Pemerintahan di Universitas Sutomo, Serang, Banten itu.
PPP
Efriza nambahin kalo, PPP juga potensial gabung KIM jika berhasil masuk parlemen. Pasalnya, PPP diyakini ingin berada dalam pemerintahan sehingga punya sumber daya untuk membenahi internal partai. Selain itu, elite PPP punya hubungan baik dengan Jokowi dan Prabowo.
"PPP akan lebih memilih merapat ke pemerintah, malah yang akan 'genit' melempar sinyal agar diajak bergabung dengan pemerintahan," ujarnya.
Efriza ngejelasin, jikalau Prabowo berhasil merangkul tiga partai tersebut, maka tersisa dua partai yang akan menjadi oposisi di parlemen. Keduanya adalah PDIP dan PKS.
Menurut dia, PDIP akan dengan mandiri memilih menjadi oposisi sebagaimana pernah partai itu lakukan terhadap Pemerintahan Orde Baru dan Pemerintahan SBY. Sedangkan PKS, diyakini tak akan diajak gabung oleh Prabowo.
"Dengan menyisakan PDIP dan PKS sebenarnya akan lebih baik bagi Pemerintahan Prabowo-Gibran. Sebab, kedua partai itu tidak akan pernah bisa bersatu berjuang sebagai oposisi," ujar Efriza.
"Artinya, oposisi terberat dan riil terhadap Pemerintahan Prabowo hanya tinggal dari PDIP, sedangkan PKS hanya berkategori oposisi caper," ujarnya menambahkan.