RUU MK dan RUU Kementerian: Jagoan atau Musuh Baru di Dunia Perpolitikan?
Rabu, 15 Mei 2024 17:00
Reporter : Ekadyana N. Fauzi

Ilustrasi RUU MK dan RUU Kementerian menimbulkan pro kontra/Digo.id
Jakarta, DigoID-Nih, lagi rame nih di jagat perpolitikan kita. Ada dua bocoran RUU yang lagi heboh jadi gosip hangat di mana-mana. Yup, bocoran tentang RUU Mahkamah Konstitusi (MK) dan RUU Kementerian. Dua bocoran ini bikin banyak orang geleng-geleng kepala. Gak sedikit juga yang ngasih komentar; Yuk, kita bahas bareng-bareng gimana nih polemiknya!
Pembahasan yang Seolah ‘Tertutup’
DPR lagi pada main tutup-tutupan nih, Katanya sih lagi ngobrolin rancangan undang-undang, tapi kayaknya lebih banyak yang dibahas di balik layar. Kayak revisi Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, deh. Ini yang dibicarain sama Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, kemarin. Dia bilang, pembahasan revisi UU MK yang diputer-puter secara diam-diam dan tiba-tiba aja dibawa ke rapat paripurna nunjukin banget kalau DPR lagi tutup mata sama masyarakat.
"Revisi undang-undang yang terjadi di 2024 hampir mengikuti pola yang sama. Misalnya revisi Undang-Undang Desa dan Undang-Undang DKJ (Daerah Khusus Jakarta)," kata Lucius dikutip dari program Obrolan Newsroom di Kompas.com, Selasa, 14 Mei 2024.
Lucius juga nambahin, kayaknya DPR lagi pada ngebutin pembahasan revisi-revisi undang-undang, tapi nggak mau nunjukin ke orang banyak. Katanya sih, kayak ada kecenderungan gitu, di akhir periode gitu, segala urusan dibahasnya diam-diam, cepet-cepet, dan berusaha sebisa mungkin nggak kedapatan sama publik.
Melahirkan Pasal Kontroversial
Gak cuma itu aja, nih. Ada cerita menarik dari rapat Komisi III sama Pemerintah tanggal 13 Mei kemarin. Ternyata rapatnya di masa reses DPR, Bro! Yang dateng juga pejabat tinggi kayak Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) sama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Kebetulan banget ya?
Terus, yang bikin heboh lagi, di naskah terakhir revisi UU MK ada tambahan Pasal 23A soal masa jabatan hakim konstitusi. Dulu kan cuma lima tahun, tapi sekarang jadi 10 tahun, lho. Kayaknya ini yang diselipin dalam revisi UU MK kali ini.
Trus ada lagi, soal usia calon hakim MK yang harus minimal 55 tahun, sama soal pensiun hakim konstitusi yang harusnya pas 70 tahun. Seru banget deh pokoknya, apa lagi yang bakal kejadian selanjutnya, ya? Tapi yang jelas, kayaknya DPR perlu lebih terbuka deh sama urusan kayak gini biar masyarakat juga bisa ikutan ngawasin.
Berbarengan Dengan Revisi UU Kementerian
Kabarnya lagi hangat nih, Soal rencana Prabowo Subianto yang mau tambah kementerian dari 34 jadi 40 lagi bikin heboh jagad maya. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, nyatain kalo nambahin kementerian itu hal yang wajar aja. Katanya sih, Indo kan negara gede, jadi butuh bantuan banyak orang buat ngurusin.
Nah, ceritanya tentang rencana Prabowo ini diungkapin sama majalah Tempo dalam laporan penting mereka minggu lalu, judulnya "Orang Lama Kabinet Baru", keluar tanggal 6 Mei 2024. Katanya sih, Prabowo lagi upaya bangun koalisi gede buat ngejar kursi di DPR. Biar program pemerintahnya lancar jalan, gitu.
Nah, solusi buat ngejalanin koalisi itu katanya dengan nambah jumlah kementerian. Tapi, masalahnya nih, UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara bilang kalo jumlah kementerian maksimal 34 aja. Jadi, buat ngegasin rencana tambah kementerian, mesti revisi UU-nya.
Rencana revisi itu sebenernya udah dimasukin ke Prolegnas sejak 2019 lho! DPR udah ngusulin RUU Kementerian Negara ke nomor 16 Prolegnas 2022-2024 pada 10 Mei 2024, katanya sih gitu dari situs resmi DPR RI. Jadi, kayaknya masih panjang nih perjalanan rencana tambah kementerian ini. Tunggu aja gimana kelanjutannya, ya!
Sekjen Gerindra: Revisi Dimungkinkan sebelum Pelantikan Prabowo
Wah, nih, ada berita terbaru dari Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, nih! Katanya, revisi Undang-Undang Kementerian Negara bisa aja dilakukan sebelum Prabowo Subianto dilantik jadi Presiden RI. Muzani bilang, tiap pemerintahan punya tantangan dan kebijakan yang beda-beda, jadi perubahan nama dan jumlah kementerian lewat revisi UU Kementerian itu fleksibel banget.
"Ya, revisi itu dimungkinkan. Ya, revisi itu bisa sebelum dilakukan (pelantikan Prabowo sebagai Presiden)," kata Wakil Ketua MPR itu di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, 12 Mei 2024.
Dia juga cerita, dulu zaman Presiden Megawati dan SBY juga ada perubahan nomenklatur kementeriannya, lho. Katanya, dari Pak SBY ke Pak Jokowi juga ada perubahan, dan apakah dari Pak Jokowi ke Pak Prabowo ada perubahan ya belum tau.
Sekjen PDIP: Kementerian Bukan Buat Nampung Kekuatan Politik
Wah, dari Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, juga ikut buka suara nih! Dia nggak setuju sama wacana revisi Undang-Undang Kementerian Negara yang lagi hangat diperbincangkan. Dia bilang, meskipun tiap presiden punya kebijakan masing-masing, kementerian yang ada sekarang udah cukup buat ngehandle semua tanggung jawab negara.
“Seluruh desain dari kementerian negara itu kan bertujuan untuk mencapai tujuan bernegara, bukan untuk mengakomodasikan seluruh kekuatan politik,” kata Hasto.
Dia ngerasa Indonesia lagi hadapi tantangan berat di bidang ekonomi, kayak pelemahan rupiah, masalah tenaga kerja, sampe deindustrialisasi. Menurutnya, buat ngadepin tantangan-tantangan kaya gitu dan dampak geopolitik global, yang dibutuhin itu desain yang efektif dan efisien, bukan nambah-nambah lagi ruang untuk akomodasi.
Jadi, kayaknya opini Hasto ini nunjukin bahwa nggak semua setuju dengan rencana nambah kementerian, ya. Nantikan terus perkembangannya, Bro!