Ruang-Ruang Berpikir Manusia, Buah Karya FSRD ITB
Sabtu, 17 Desember 2022 15:22
Reporter : Fitri Sekar Putri

Dok Fitri Sekar Putri.
BANDUNG -- Pameran Seni digelar oleh para mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) jenjang Magister pada Jumat, 16 Desember 2022 di Jalan Dalam Kaum, Kecamatan Regol Kota Bandung. Acara tersebut mengusung tema Faculity Of Mind.
Ketua pelaksana pameran Iftikhar A Rajwie, menjelaskan terkait makna dibalik tema Faculity Of Mind ialah ruang-ruang yang ada dalam pemikiran manusia yang akan selalu berbeda-beda. Kata ‘faculity’ pun dipilih karena memiliki keterkaitan dengan kata fakultas yang berhubungan dengan akademisi.
“Faculity of mind itu sebenarnya menggambarkan ruang-ruang dalam pemikiran manusia yang berbeda beda. Jadi bagi kurator itu ada keberagaman dalam suatu kelompok manusia,” ujar Iftikhar.
Pameran ini memamerkan hasil karya dari 12 seniman mahasiswa seni rupa dan desain ITB yang menampilkan gagasannya yang berbeda-beda. Iftikhar menyebutkan seniman tersebut mangangkat kreasi terkait tradisi, kegiatan kesehaharian, etnis, dan hal-hal kekinian.
Menurutnya acara ini telah direncanakan sejak bulan Agustus lalu. Pameran ini akan digelar hingga 2 Januari 2023.
“Tapi untuk pameran ini kita sebulan terkahir saja, karena ini merupakan proses akhir, ujung dari berkarya kan dipublikasikan atau dipamerkan,” Tutur Iftikhar.
Iftikhar pun berharap jika pameran ini dapat menjadi sarana refleksi diri untuk mengetahui sudah sejauh mana seorang seniman berkarya.
“Harapannya semoga karya seni ini dapat menjadi refleksi untuk menilai sudah sejauh mana kita berkarya sebagai mahasiswa dan seniman pun bagi ITB kepada bidang seni maupun publik umum,” ujar Iftikhar.
Salah satu seniman yang memajang karyanya dan juga melakukan pertunjukan seni adalah Kenny Hartanto. Ia membuat sebuah karya dengan judul ‘Generasi 41’. Karyanya tersebut menggambarkan tentang keresahan dirinya sebagai keturunan Tionghoa yang sudah tidak memegang tradisi etnisnya tersebut.
“Judulnya dulu ini Generasi 41, ide ini berangkat dari keluarga ibu saya yang merupakan keturunan Tionghoa yang datang ke Indonesia tepatnya di Parakan Temanggung Jawa Tengah. Di sini saya mengangkat cerita saya sendiri sebagai Generasi 41 marga Chan yang sudah tidak memegang nilai-nilai tradisi Tionghoa lagi,”
Dalam karyanya ini, ia memiliki keinginan dan ingin belajar tentang identitas dirinya sebagai bagian dari peranakan Tionghoa.
“Ini adalah bentuk eksplorasi diri yang mana juga adalah proses belajar saya terkait tradisi Tionghoa,”
Kenny memajang karya dalam bentuk sebuah lukisan di atas kanvas menggunakan charcoal dengan objek benda, yaitu altar leluhur yang menjadi ciri khas keluarga keturunan Tionghoa.
“Eksplorasi ini saya lakukan dengan perantaranya itu objek benda yang sudah jadi artefak. Nah saya angkat itu karena itu yang paling esensial dari tiap peranakan Tionghoa. Mereka pasti punya altar leluhur di rumah masing-masing untuk menghormati leluhur mereka,” ujar Kenny.
Selain memajang karyanya, Kenny juga melakukan pertunjukan seni dengan melakukan ‘penghapusan’ terhadap lukisannya tersebut. Ia mengartikan bahwa penghapusan tersebut ialah sebagai gambaran bahwa dirinya hampir tidak mengetahui tentang etnisnya sendiri.