Luhut Gandeng China Garap LFP, Tom Lembong Kasih Emoji Hormat
Senin, 29 Januari 2024 21:22
Reporter : Tim Digo.id

Ilustrasi Luhut Binsar Pandjaitan tanggapi Tom Lembong/TimDigo.id
Jakarta, DigoID-Bro, sinyal baru dari Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan! Indo bakal join venture sama China buat bikin baterai kendaraan listrik berbasis lithium ferro phosphate (LFP).
Eits, tapi…?
Sebelumnya pembahasan soal Nikel vs LFP sempet rame setelah Tom Lembong, eks Menteri Perdagangan yang sekarang jadi Co Captain Timnas Anies-Cak Imin, ngomong kalo Tesla di China sudah beralih ke baterai LFP, bukan lagi nikel. Pernyataan itu sekaligus sebagai kritik kebijakan hilirisasi nikel pemerintah yang dianggap ugal-ugalan dan nggak banget gitu.
Nah, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala BKPM, sampe Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, ikutan nanggapin. Bahkan, nama Tom Lembong dan baterai LFP disinggung waktu debat Cawapres sama Gibran Rakabuming Raka. Wuih, udah kaya telenovela politik nih!
Tapi, gak lama, Luhut langsung bantah keras pernyataan Tom Lembong. Katanya, "Nggak benar kalau pabrik Tesla di Shanghai 100 persen pake baterai LFP. Mereka masih tetep pake nikel based battery, guys. Jadi, suplain nikel based battery itu dateng dari LG Korea Selatan buat model mobil listrik Tesla di Shanghai.”
Collab Sama China Demi LFP
Dikutip dari kumparan, Senin, 29 Januari 2024, Luhut pada akhirnya ngomong kalau Indonesia bakal kolaborasi sama China buat bikin baterai listrik pake teknologi LFP. Dia bilang, "Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain."
Bicara LFP, makin seru deh pas warganet ngasih komentar. Tom Lembong lewat akun resminya di sosial media X walau cuman kasih emoji hormat, tapi bikin makin panas percakapan di sosial media guys.
Ada juga akun @plot di sosmed X yang nganggep ini sebagai ironi besar. Katanya, dulu bangga sama nikel, sekarang malah bikin LFP sama China.
“Ah, ironi di ranah baterai kendaraan listrik! Dulu, Pak Luhut begitu membanggakan nikel Indonesia, seolah-olah itu adalah ‘batu permata’ industri kita. Tapi sekarang, beliau malah berbelok ke Lithium Ferro Phosphate (LFP) bersama China. Mungkin ini strategi ‘diversifikasi aset’ ala Pak Luhut, atau mungkin juga ‘mengikuti arus’ pasar global. Semoga saja, langkah ini bukan berarti ‘menjual’ nikel kita dengan harga diskon. Di dunia bisnis, seperti juga di politik, kadang ‘teman’ hari ini bisa jadi ‘kompetitor’ besok. Semoga strategi ini tidak membuat harga nikel kita ‘terjun bebas’ seperti aksi cliff diving di Bali yang seru tapi berisiko!”, tulisnya.
Komika Pandji Pragiwaksono juga ikutan nimbrung, cuma kasih emoji tertawa doang. Kayaknya dia tau aja gimana bales berita pake guyonan.
Potensi LFP di Indonesia
Pengamat Energi dari Universitas Tarumanegara, Ahmad Redi, ngebahas potensi besar LFP di Indonesia. Dilansir dari kumparan, Senin, 29 Januari 2024, Ahmad Redi bilang, Indonesia punya bahan baku keren banget, kayak fosfat dan besi, yang bisa diolah buat bikin baterai LFP. Padahal, lithium yang dibutuhin buat baterai ini masih harus diimpor. Jadi, semacam kita punya 'rumah' buat bahan bakunya, guys!
Menurut Ahmad, ini jadi pekerjaan rumah buat kita, nih, gimana caranya bikin bahan baku tambang kita ini bisa jadi baterai LFP yang canggih. Dia bilang, "Pekerjaan rumah kita yaitu bagaimana industrialisasi atau hilirisasi bahan baku tambang tersebut sehingga menjadi LFP."
LFP Ancam Hilirisasi Nikel
Eh, tapi ada catatan serius nih buat industri nikel yang lagi jadi bintang, karena LFP ini bisa jadi pesaing baru. Ahmad ngomong, "Tentu akan menjadi pesaing (nikel). Namun, dari segi pasar otomotif, Indonesia merupakan pasar otomotif besar dunia sehingga dengan menjadi produsen LFP maka ada peluang akan menumbuhkan industri mobil listrik Indonesia."
Sejalan dengan itu Putra Adhiguna, Director Energy Shift Institute, ngejelasin kalo LFP ini bisa bikin industri nikel terputus, loh. Wah, beneran nih, kayak drama kehidupan industri! "Produksi LFP perlu ditelusuri karena pasar Indonesia mungkin akan lebih memilih LFP yang lebih murah. Persaingan investasi akan lebih ketat mengingat kita tidak memiliki daya tawar yang sama semisal nikel."
Nurul Ichwan, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, juga ikut nimbrung. Meski pasar baterai kendaraan listrik di Indonesia masih belum seheboh negara lain, dia tetap optimis. Nurul bilang, "Potensi pengembangan industri kendaraan listrik yang menggunakan LFP dan NMC masih punya kemungkinan, saya lihat 2040 atau 2035 masih bisa tumbuh dua-duanya."
Tapi, guys, Nurul juga ngingetin nih, bahan baku buat LFP kayak lithium kita gak punya. Terus, besi atau ferro kita punya, tapi gak terpusat di satu tempat. Jadi, kita masih perlu beli lithium dari luar negeri.
Tapi gak masalah, Nurul tetap semangat ngejar investor buat dorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Dia bilang, "Entah mereka bikin baterai LFP prosesnya boleh aja dibikin di Indonesia karena berdekatan dengan industrinya. Kalau ekosistem baterai sudah ada di Indonesia, EV-nya juga bakal muncul di Indonesia. (wd)