Inflasi Mengiringi Kenaikkan Harga Pangan Menjelang Ramadhan
Senin, 04 Maret 2024 20:06
Reporter : Ekadyana N. Fauzi
Ilustrasi Kenaikan Harga Pangan Saat Mendekati Ramadhan/TimDigo.id
Jakarta, DigoID-Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), namanya Eko Listiyanto, dia bilang nih, kayak, tingkat inflasi lagi naik terus menjelang bulan Ramadhan sama Hari Raya Idul Fitri, bro. Katanya bulan Maret nanti, inflasi diperkirakan bakal mencapai 0,6 persen loh, gara-gara permintaan yang naik dan harga barang pokok yang melonjak.
Transportasi dan Lainnya Ikut Naik
Dia bilang lagi, nggak cuma beras aja yang harganya naik, nih, bro. Tapi nanti juga bakal ikutan naik harga transportasi, bahan bakar minyak yang nggak disubsidi, tol, dan barang pokok lainnya. Jadi, telur, daging, gula, semuanya bakal naik, bro, karena banyak yang nyari barang-barang itu buat Ramadhan sama Lebaran, gitu katanya Eko di Jakarta kemarin.
“Maret nanti saya rasa akan lebih tinggi tingkat inflasinya, karena kenaikan tidak hanya terjadi pada beras. Nanti juga akan menyusul transportasi, harga BBM nonsubsidi, harga (jalan) tol, dan kebutuhan pokok lainnya. Ya telur, daging, gula semua akan naik ya, karena permintaan tinggi di Ramadhan dan Lebaran,” kata Eko dalam pernyataannya di Jakarta pada Jumat, 1 Maret 2024.
Walaupun bulan Februari inflasinya cuma 0,37 persen, masih dalam batas target inflasi 2024, tapi Eko Listiyanto bilang peningkatan itu kayak sinyal buat pemerintah, gitu, bro, buat stabilin harga-harga barang pokok, terutama beras yang jadi penyumbang inflasi paling gede bulanan, sekitar 0,21 persen.
Beras Lagi Naik-naiknya
Nah, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga bilang, harga beras tuh lagi naik banget, di Februari sampe 5,32 persen, jadi penyebab inflasi bulanan paling gede. Dia bilang, faktor-faktor yang bikin harga beras melonjak itu, antara lain produksi beras di Indonesia yang kurang karena El Nino dan lambatnya distribusi, terutama gara-gara program bantuan sosial yang lagi rame banget belakangan ini.
“Faktor produksi beras nasional berkurang karena kemarau panjang imbas dari El Nino dan estimasi panen raya baru akan terjadi pada Maret-April 2024. Ada juga keterlambatan distribusi yang disebabkan oleh program bansos yang marak disalurkan beberapa bulan terakhir.” jelas Eko Listiyanto.
Terus, ada faktor ketiga juga, bro, yang ikutan ngefek, yakni pemilu 2024, yang bikin konsumsi masyarakat naik. Ini sama kayak yang diomongin sama Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, katanya hampir semua provinsi ngerasain naiknya inflasi beras.
Walaupun proyeksi ini bikin harga-harga jadi berantakan, Eko Listiyanto juga bilang bahwa inflasi bulan Februari masih dalam batas aman sesuai target inflasi 2024, jadi mungkin nggak terlalu parah juga sih.
Volatile Food Inflation
Aga beda nih fokus dari Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) namanya Mohammad Faisal, dia bilang nih, kalo kita perlu banget ngeboost manajemen pangan buat mastiin inflasi di bulan Ramadhan tetap terkendali. Soalnya, sampe sekarang, makanan yang sering bikin harga jadi naik (volatile food) masih jadi penyumbang inflasi paling gede, loh.
“Menjelang Ramadhan permintaan terhadap bahan pangan memang biasanya mulai meningkat, sehingga terjadi inflasi terutama dipicu oleh volatile food inflation. Jadi bagi pemerintah ini perlu memperkuat manajemen pangan,” ujar Mohammad Faisal, dilansir antara, Senin, 4 Maret 2024.
Pentingnya Manajemen Produksi
Dia bilang, buat kuatkan manajemen pangan di sisi produksi, pemerintah bisa kasih insentif buat nurunin biaya produksi petani-petani. Sementara di sisi distribusi, hal yang sama bisa dilakukan dengan mengawasi stok beras semua distributor, nggak cuma Perum Bulog doang, tapi juga distributor swasta.
“Dalam hal demand atau di tingkat konsumen, ini perlu ada upaya pemerintah untuk diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan yang terlalu tinggi pada satu jenis bahan pangan tertentu,” kata Faisal.
Dia bilang, komoditas makanan, khususnya beras, masih bisa jadi pemicu inflasi di bulan Maret 2024, meskipun kemungkinan efeknya sudah mulai turun. Kemudian cerita, di beberapa daerah yang biasanya jadi penghasil beras udah mulai panen bulan ini, jadi produksi berasnya bakal naik.
Produksi itu bakal nambah surplus beras nasional yang sebelumnya sudah menipis selama Januari sampai Februari 2024 karena banyaknya konsumsi pas masa kampanye dan pemilihan umum, ditambah lagi keterlambatan masa tanam.
“Karena perubahan iklim, yang biasanya di Februari sudah mulai panen, nah ini di Maret baru mulai panen. Jadi itu juga yang membuat produksinya agak terlambat sedikit,” ucap Faisal.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga nunjukin kalo beras jadi penyumbang inflasi paling gede di bulan Februari 2024, sampai 0,21 persen terhadap inflasi bulanan, dan 0,67 persen terhadap inflasi tahunan.