Greenflation Ramai! Awal Mula dan Hubungannya di Indonesia
Senin, 22 Januari 2024 17:16
Reporter : Ekadyana N. Fauzi
Ilustrasi Greenflation Relevansinya di Indonesia/TimDIgo.id
Jakarta, DigoID-Nah loh, ceritanya seru nih! Jadi, ada istilah keren yang lagi ramai dibicarakan, yaitu 'greenflation'. Ini terjadi gara-gara si Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor 02, ngomongin kata itu dalam Debat Cawapres 2024 yang kece kemarin malam, tepatnya Minggu, 21 Januari 2024 malam.
Gimana sih ko bisa Greenflation jadi Perbincangan?
Jadi, pas Gibran nanya ke Mahfud MD, calon nomor urut 3 juga, tentang cara menghadapi greenflation, tiba-tiba Mahfud langsung bingung abis. Gibran kayak nyulik perhatian banget dengan pertanyaannya yang bikin Mahfud mikir keras.
Terus, Mahfud coba ngasih jawaban yang dipecah jadi dua aspek. Pertama, dia cerita tentang pentingnya ekonomi hijau yang harus bermanfaat tanpa ngerusak ekologi. Kedua, dia bahas soal penanganan inflasi dengan ngandelin data-data yang ada. Intinya, Mahfud mau serius ngebahas greenflation.
"Untuk mengatasi inflasi yang paling gampang adalah mengatur kebijakan-kebijakan, diatur saja datanya, kecenderungannya begini, kebijakannya harus begini. Ini yang kita pahami tentang inflasi hijau," papar Mahfud.
Tapi, eits, cerita belum berakhir di situ! Gibran, kayaknya agak kecewa gitu sama jawaban Mahfud. Dia gerak-gerakin badannya, sambil menaruh tangan di jidat, seolah-olah lagi nyari jawaban yang sesuai dari kejauhan. Trus, dia bilang, "Aku lagi nyari jawaban dari Prof Mahfud. Kok kayak gak nyambung gitu jawabannya, aku tanya soal inflasi hijau, malah dijelasin ekonomi hijau."
"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. saya nyari-nyari dimana ini jawabannya kok nggak ketemu jawabannya, saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," kata Gibran.
Apa sih sebenarnya Greenflation itu?
Nah, gini nih, teman-teman. Green Inflation itu sebenarnya istilah buat kondisi inflasi yang muncul gara-gara harga bahan mentah dan energi naik akibat transisi hijau. Dan lo tau ga, kejadian greenflation ini pernah terjadi di Prancis tahun 2023.
Waktu itu, greenflation bikin rame aksi demo yang disebut 'rompi kuning'. Demonstrasi ini berlangsung sampai tiga minggu lamanya, loh! Kenapa sih? Nah, karena ada sistem pajak yang dianggap berat dan nggak sebanding sama peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Jadi, bayangin deh, orang-orang pada protes pake rompi kuning ini, mereka nggak setuju sama pajak yang bikin hidup makin susah. Intinya, greenflation nggak cuma bikin naiknya harga aja, tapi juga bisa jadi punya dampak sosial yang besar kayak begini.
Wah, gini nih ceritanya! Jadi, di Prancis, gerakan 'rompi kuning' itu dimulai karena kebijakan Presiden Emmanuel Macron yang pengen biayain pengembangan energi bersih dengan nge-raise harga BBM. Nah, akibat kebijakan itu, demonstrasi yang tadinya cuma protes berubah jadi aksi kerusuhan, ada yang bakar-bakar kendaraan, sampe penjarahan gitu.
Tapi, untungnya, si Macron mengambil langkah bijak buat menanggapi situasi. Dia kasih kenaikan upah buat pekerja termiskin, potongan pajak buat pensiunan, dan menunda kenaikan harga BBM. Jadi, kayak ada respon positif dari pemerintah gitu deh.
Di Indonesia sendiri gimana ya keadaannya?
Terus, di Indonesia juga ada greenflation, tapi beda nih penyebabnya. Di sini, Green Inflation lebih terkait sama masalah komoditas hijau, khususnya pangan. Jadi, bukan cuma soal harga barang terkait transisi hijau, tapi lebih ke harga pangan aja. Kompleks banget, ya, dunia ekonomi ini.
Tahun 2023, pemerintah Indonesia ngasih laporan tentang inflasi yang lumayan mengundang perhatian, apalagi pas kita fokus ke bulan Desember. Menurut BPS, tingkat inflasi di bulan itu cuman 0,41% aja (month to month), jadi kalo dihitung sepanjang 2023, inflasinya cuma 2,61% (year on year). Data ini nunjukin kalo inflasi Indo turun dari tahun sebelumnya, di mana tahun 2022 inflasinya nyampe 5,51% (yoy).
BPS juga mencatat, soal penyebab inflasi, beras, cabai merah, sama rokok kretek jadi penyumbang terbesar, masing-masing 0,53%, 0,24%, dan 0,17%. Terus ada juga emas sama perhiasan yang andilnya 0,11%, dan cabai rawit 0,10%.
Nah, kalo kita gali lebih dalam lagi, data-analyzing menyebutkan kalau inflasi di Indo masih banyak dipengaruhi masalah pangan. Sektor pertanian di tahun 2023 rupanya keteteran berat gara-gara El-Nino yang nggak kunjung habis. Ini terlihat dari volatilitas tinggi inflasi bahan pangan yang mencapai 6,73% (yoy) sepanjang tahun.
Bisa kita lihat, sektor pertanian tuh bener-bener penting banget buat dukung ekonomi Indo. Tapi, efek perubahan iklim, kayak El-Nino, bikin harga pangan jadi susah ditebak. Dalam situasi yang kayak gini, pemerintah perlu terus ambil langkah bijak buat ngadepin tantangan ekonomi dan menjaga kesejahteraan masyarakat. Data inflasi dari BPS jadi alat penting buat pemerintah dan pelaku ekonomi buat bikin kebijakan yang bisa nyambutin tantangan ekonomi Indo.