Dosen Unpad Kembangkan Teknologi VR Untuk Sembuhkan Fobia
Jumat, 04 November 2022 16:25
Reporter : Siti Ninu Nugraha
Dok. Unpad.ac.id
BANDUNG -- Salah satu dosen Psikologi Unpad Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., PhD, mengembangkan Virtual Reality (VR) berbasis Virtual Reality Exposure Therapy untuk terapi rasa takut atau fobia. Menurutnya teknologi ini memiliki keunggulan dalam mengatasi rasa takut atau fobia.
Hal ini mengingat guna mengatasi rasa takut atau fobia memerlukan peran psikologi dalam upaya penyembuhannya. Dalam Psikologi tentunya memiliki prosedur intervensi dalam menangani kasus tersebut, hanya saja diperlukan biaya yang tinggi dan pendukung yang kompeten dalam melaksanakan prosedur ini.
“Pertama penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu atau lingkungan yang ia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” ujar Aulia di kanal Youtube Unpad, Selasa, 1 November 2022.
Menggunakan teknologi Virtual Reality atau VR menurutnya bisa membawa realitas ke dalam dunia virtual. Orang yang memiliki rasa takut tidak perlu merasakan langsung apa atau lingkungan seperti apa yang ia takuti. Aulia memberi contoh saat seseorang takut terbang maka melalui perangkat VR ia akan dibawa seolah-olah berada di bandara atau pesawat terbang.
Aulia mengatakan VR lebih efektif dari segi biaya yang dikeluarkan karena prosedur intervensinya tidak memerlukan ruangan khusus. Selain itu, menggunakan VR mampu membuat pasien percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk mempelajari ketakutan yang dimilikinya.
“Handling-nya ada dalam diri pasien,” lanjut Dosen Psikologi tersebut.
Aulia percaya bahwa adanya rasa takut atau fobia pada seseorang disebabkan dari proses belajar manusia. Maka dari itu, ia melakukan proses intervensi psikologis untuk mengatasi hal tersebut dengan cara mempelajari ulang atau re-learning. Pasien bisa memandang lebih rasional dalam melihat rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.
Peelitian ini dilakukan Aulia bersama dengan peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad sejak tahun 2017. Setelah bermacam-macam teknologi yang dikembangkan, teknologi Virtual Reality menggunakan perangkat Oculus Quest 2 dinilai lebih ringkas.
Dalam mengatasi rasa takut dengan menggunakan terapi VR tentunya ada level tertentu yang harus dilalui pasien. Aulia mengatakan, orang yang takut pada kegelapan kemudian mencoba menggunakan terapi ini, akan mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap lebih dahulu. Bukan menjadi sama sekali menjadi tidak takut.
Selain itu, studi lainnya dilakukan kepada orang yang memiliki rasa cemas saat berbicara di depan publik. Dalam proses terapi ini, tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pasien. Kenaikan level ditandai dengan audiens yang akan dihadapi pasien.
“Ketika dia mengatasi satu sesi, maka dia akan masuk ke sesi (level) berikutnya, sehingga itu menambah kepercayaan dirinya. Dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk melakukan presentasi di depan orang,” lanjut Aulia.
Untuk menambah kepercayaan diri kepada pasien, tim menggunakan sistem reward. Jadi, pasien yang telah menyelesaikan satu level maka ia berhak mendapatkan reward atau penghargaan karena telah menyelesaikan level tersebut.
“Teknologi VR sendiri di luar negeri sudah lama digunakan untuk terapi. Hanya saja, Indonesia belum terlalu familiar dengan aktivitas tersebut. Saya kira Unpad menjadi salah satu yang pertama mengembangkan ini,” ujar Aulia.