Bali Digital Fashion Week 2022, Inovasi Baru Industri Fesyen
Senin, 12 Desember 2022 18:09
Reporter : Nadiana Tsamratul Fuadah
Bali Digital Fashion Week 2022. Dok Kemenparekraf.
JAKARTA -- Bali Digital Fashion Week (BDFW) 2022 yang berlangsung pada 10-16 Desember 2022 dikatakan menjadi terobosan baru dalam dunia fesyen Indonesia karena memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) Experience, NFT, dan metaverse.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo. Dalam sambutannya ia menuturkan bahwa hadirnya BDFW 2022 menjadi ajang digital fashion week yang pertama di Indonesia, bahkan Asia.
“Ini merupakan suatu terobosan baru dalam dunia fesyen tanah air dan menjadi bentuk karya kreatif dan inovasi yang dipertemukan dengan teknologi blockchain. Sehingga harapannya bisa melindungi hak cipta dan memberikan royalti yang berkesinambungan kepada para kreator,” ujar Angela dalam laman resmi Kemenparekraf.
Menurut Angela, digital fesyen dapat menunjukkan potensi pelestarian budaya di dunia maya tanpa batas geografis. Dia menambahkan pemasaran melalui metaverse memiliki potensi yang sangat besar kedepan.
“Kita bahkan bisa mengenalkan batik kepada dunia melalui desain skin di game dan lain sebagainya. Seperti contoh avatar saya yang super keren sekali memakai digital fashion dress bermotif batik karya kolaboratif MAJALABS bersama ICCN,” kata Angela.
Digital fesyen ini juga hadir sebagai solusi penanganan limbah fesyen yang kini di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta ton. Hanya 0,3 juta ton limbah tekstil yang bisa didaur ulang.
“Digital fesyen diharapkan bisa mengurangi waste yang dihasilkan industri fesyen saat tahap produksi. Dengan cara apa? Caranya mengurangi konsumsi air, zat kimia, dan penggunaan bahan baku kain secara total,” ujar Angela.
Dia menambahkan bahwa hal ini sejalan dengan tujuan diselenggarakannya BDFW 2022 sebagai ajang kampanye untuk menyuarakan dampak industri fesyen pada lingkungan, serta peluang dari digital fesyen itu sendiri.
Meski begitu, Angela menyebutkan dalam berbagai potensi yang ada, pengembangan teknologi digital fesyen juga menghadapi tantangan, terutama dalam segi pendanaan dan sumber daya manusia.
"Maka diharapkan pemangku kepentingan perlu bekerja sama meningkatkan jumlah digital talent dan juga meningkatkan pemahaman tentang manfaat industri fesyen tanah air dari sisi ekonomi maupun lingkungan kepada seluruh stakeholders terkait," pungkasnya.