Dari Hutan untuk Produk Hutan
Minggu, 13 November 2022 21:30
Reporter : Siti Ninu Nugraha
Dok. Siti Ninu Nugraha
BANDUNG -- Pasar Leuweung hadir untuk menyediakan puluhan porduk dari Petani Milenial, Kelompok Tani, Kelompok Tani Hutan dan UMKM Jawa Barat. Kali ini, Pasar Leuweung digelar di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Cimenyan, Kota Bandung, Minggu, 13 November 2022.
Produk yang dijual mayoritas merupakan produk hasil dari hutan seperti, barang-barang yang terbuat dari kayu, madu hutan, kopi, dan masih banyak lagi. Anggota DPRD Jawa Barat, R Yunandar Rukhiadi mengatakan bahwa betapa pentingnya hutan bagi kehidupan manusia. Semua produk di muka Bumi ini pasti ada kaitannya dengan hutan, juga awal mula makhuk di bumi ini ada karena adanya hutan terlebih dahulu.
"Dari hutan itulah muncul yang namanya air, oksigen, dan juga muncul sumber-sumber makanan untuk manusia. Jadi kalau kita mau menghargai hidup kita sesungguhnya hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menghargai hutan," kata Yunandar.
Yunandar menyebut butuh penyadaran bagi masyarakat betapa pentingnya hutan bagi Jawa Barat. Kawasan hutan harus berada di angka 30 persen di Jawa Barat dan saat ini hanya baru sekitar 22 persen di Jawa Barat.
"Hutan itu sebenarnya dalam konteks yang global itu sangat-sangat dibutuhkan oleh umat manusia, sekarang di Mesir ada satu konferensi oleh PBB untuk menggalang agar negara-negara di dunia itu semakin peduli terhadap hutan terutama untuk menyerap karbon di udara," kata Yunandar.
Masyarakat di Indonesia harus mulai menyadari betapa pentingnya karbon trading. Karena Indonesia bersama dengan Brazil dan Republik Demokratif Kongo adalah pemilik 52 persen hutan primer di dunia.
"Kenapa disebut karbon trading, kalo manusia bernapas, kemudian kita membakar bahan bakar, proses-proses pembusukan itu menghasilkan gas CO2 yang kemudian menyebabkan pemanasan global, kenapa karena ia akan membuat green house effect. Bagaimana caranya mengurangi gas CO2 ini, salah satunya adalah menanam pohon sebanyak mungkin terutama di hujan hutan tropis," kata Yunandar.
Di era modern, tidak hanya sekedar produknya tetapi keberadaan dan eksistensi hutan itu sendiri bisa bernilai ekonomi. Dengan hanya sekedar menanam saja, saat ini masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dari itu.
"Ada cerita dari satu hektar bisa dapat enam juta hanya karena menanam di hutan. jadi bukan karena menebang pohonnya dijadikan kayu atau mengambil buah-buahan, cukup menanam saja kemudian kita bisa menjual itu ke negara-negara yang tidak punya hutan supaya kita bisa memperoleh kompensasi," kata Yunandar.
Yunandar menyebut Presiden Brazil mengusulkan agar membentuk OPEC untuk hutan untuk memperjualbelikan karbon trading. Dengan itu, Indonesia tidak perlu lagi mengeksploitasi hutan untuk mendapatkan keuntungan atau menjadikan hutan sebagai kawasan industri.
"Seharusnya kita pertahankan, kita tetap punya uang disana, ini yang harus kita coba pahami bersama karena ini menguntungkan tidak salahnya menjadi bisnis masyarakat," kata Yunandar.
