Warga Korea Simpan Kepala Babi, Tolak Pembangunan Masjid
Jumat, 16 Desember 2022 21:40
Reporter : Anggun Putri
×
Ilustrasi kepala babi
DAEGU -- Potongan kepala babi dan seruan penentangan pembangunan masjid menyambut proyek pembangunan masjid di sudut Daehyongdong, Daegu, Selasa, 13 Desember 2022. Kelompok umat muslim yang membeli properti di Daegu menggunakannya untuk proyek masjid.
Warga yang dikenal konservatif kemudian melakukan upaya menghentikan proyek masjid tersebut. Masyarakat setempat melakukan tindakan ekstrem dengan menyimpan kepala babi di proyek tersebut.
Mahasiswa Muslim dari Universitas Nasional Kyungpook, Muaz Razaq menjadi orang pertama yang menemukan kepala babi di lokasi pembangan tersebut. Razaq mengakui ini menjadi kali kedua penemuan kepala babi sejak akhir bulan lalu.
"Tetangga kami juga memasak daging babi di gang beberapa kali, tampaknya untuk mengganggu siswa muslim," kata Razaq dilansir dari laman Korea Herald.
Bahkan mahasiswa asal Pakistan ini menyebut warga sekitar memutar musik dengan keras ketika masuk waktu solat. Tampak seperti sengaja, warga kemudian menghentikannya setelah umat muslim disana telah selesai solat.
"Beberapa memainkan musik keras selama waktu solat kami dan mematikannya setelah kami selesai beribadah," kata Razaq.
Razaq mengakui tindakan itu telah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Perseteruan ini berawal ketika mahasiswa muslim di Universitas Nasional Kyungpook menggunakan salah satu rumah sebagai rumah ibadah mereka sejak 2014 lalu.
Pada Desember 2020, pembangunan gedung masjid dimulai atas persetujuan pemerintah setempat. Rencananya, masjid akan dibangun setinggi dua lantai dengan menara pada puncaknya. Tanah tersebtu dimiliki oleh enam orang muslim asal Pakistan dan Bangladesh.
"Bangunan lama yang dulunya digunakan oleh 150 umat muslim dari mahasiswa KNU tidak layak untuk beribadah, ada masalah dengan sistem pendinginan dan tidak ada pemanas lantai," kata Razaq.
Karena tempatnya yang kecil, lanjut Razaq, tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya harus berdiri dari luar. Sayangnya, niat baik agar ibadah mereka menjadi lebih nyaman justru mendapat tentangan dari lingkungan sekitar.
Kasus itu pun bahkan dibawa ke pengadilan dan berujung pada keputusan umat muslim dapat melanjutkan proyek pembangunan masjid pada September lalu. Sejak saat itu, masyarakat lokal mengambil jalan ekstrim untuk menghentikan proyek ini.
Warga Daegu, Jang (62) menyebut cara itu dilakukan karena masyarakat takut terganggu atas keramaian yang dibuat oleh umat muslim di tempat itu. Rumah Jang hanya berjarak dua rumah dari lokasi pembangunan.
"Bayangkan kerumunan besar orang melewati pintu depan rumah anda beberapa kali sehari. Suara orang berbincang, jalan kaki, naik sepeda dan suara motor membuat kami gila," kata Jang.
"Agresi terharap umat Islam menjadi upaya terakhir warga untuk melindungi lingkungan kami," kata Jang.
Jang menyebut sudah seharusnya umat Islam yang ada di wilayah itu menunjukkan rasa hormat pada tetangga mereka. Dia menyebut warga sudah menahan amarah dengan kegiatan keagamaan yang menimbulkan kebisingan.
Jang mengklaim warga setempat dan umat muslim disana sempat hidup damai. Bahkan mereka seringkali berbagi makanan dan hadiah.
"Kami tidak mengeluhkan kegiatan mereka, tapi kini melewati batas," kata Jang.
Selain suara dari masjid, warga juga mengeluhkan banyaknya sepeda dan motor yang terparkir di jalan sempit tersebut. Selain itu, warga turut mengeluhkan bau makanan dan hal lain yang dilakukan selama kegiatan berlangsung.
Sayangnya, tidak ada titik temu antara warga lokal dengan pengurus masjid. Hal ini karena pembangunan masjid yang hampir selesai dan otoritas pemerintah setempat yang tidak bisa menemukan solusi atas kasus ini.
Redaktur :
Hartifiany Praisra