Satrio Sugeng Prayitno, Maestro Pembuat Jalan di Perbatasan Indonesia
Rabu, 25 Desember 2024 16:07
Reporter : Tim Digo.id
Satrio Sugeng Prayitno/istimewa
KBRN, Bandung-Semasa mengabdi untuk negara di Kementerian PUPR, hampir semua waktu Ir. Satrio Sugeng Prayitno, M.M dicurahkan untuk membangun jalan-jalan baru, terutama di wilayah Indonesia Bagian Timur.
Sudah tak terhitung lagi jalan baru yang dibangun semasa ia menjadi pejabat di Kementerian PUPR.
Dari catatan RRI, Satrio pernah menjabat Kepala Balai Pelaksana Jalan (BPJN) XVI Ambon yang membawahi wilayah Maluku dan sekitarnya.
Semasa berdinas, ia aktif terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur jalan di Indonesia.
Kini, berkat kinerja Satrio bersama timnya, nyaris semua daerah sudah terhubung dengan pembangunan dan pembukaan jalan baru yang mereka buat.
Salah satu contohnya adalah pembangunan ratusan kilometer jalan di Kalimantan Barat dekat perbatasan dengan Malaysia pada tahun 2024 lalu.
Waktu itu, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 237 kilometer ruas jalan Balai Karangan, Kabupaten Sanggau menuju Badau Kabupaten Kapuas Hulu yaitu jalan paralel sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Kalimantan Barat.
"Pertengahan tahun 2024 ditargetkan 135 kilometer jalan paralel perbatasan itu sudah beraspal dan 102 kilometer berupa pasir batu (sirtu)," kata Satrio Sugeng Prayitno, yang waktu itu menjabat
Direktur Pembangunan Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR. Keterangan itu ia sampaikan di Sintang, Kalimantan Barat, Jumat (14/10/2024) lalu.
Satrio menyebutkan, pembangunan jalan paralel tersebut dengan sistem multiyears, dan anggarannya sebesar Rp1,2 triliun yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Dari ruas jalan sepanjang 237 kilometer itu, terbagi menjadi lima ruas jalan. Dua ruas di antaranya sudah mulai dikerjakan, sementara tiga ruas lainnya tengah dalam proses kontrak.
"Sampai Juni 2024 selesai semua, sehingga bisa baik dan bisa melayani lalu lintas perbatasan Kalbar, dengan rincian kondisi teraspal 135 kilometer dan sirtu 102 kilometer," kata Satrio Sugeng.
Menurut Satrio, pembangunan jalan perbatasan bukan sekadar untuk membuka keterisolasian daerah, tapi juga untuk memangkas waktu tempuh perjalanan, memperlancar arus logistik hingga merangsang tumbuhnya pusat ekonomi baru.
" Jalan perbatasan memang perlu dibangun sebaik mungkin, karena merupakan beranda depan negara." tandasnya, saat dihubungi RRI, Rabu (25/12/2024).
Satrio sendiri pensiun dari Kementerian PUPR sejak 2 Agustus 2024 lalu. Kini di masa pensiunnya, Satrio lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga. Namun ia tidak menutup diri dan mengaku senang jika diajak berdiskusi tentang permasalahan jalan yang tidak bisa dipisahkan dari separuh perjalanan hidup pria ramah itu.
" Waktu saya 24 jam jika ingin berdiskusi tentang permasalahan jalan. Saya berharap kepada para penerus saya untuk terus melayani masyarakat, salah satunya dengan merawat jalan, karena jalan merupakan salah satu urat nadi penting kehidupan," beber Satrio yang semasa aktif menjadi abdi negara, juga tercatat pernah menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga.
Berkat sentuhan dan tangan dingin Ir. Satrio Sugeng Prayitno, M.M, kini daerah-daerah perbatasan dan daerah terluar di tanah air sudah terjamah pembangunan. Berkat pembangunan dan pembukaan jalan-jalan baru itu, kini nyaris tidak ada lagi daerah di Indonesia yang terisolir.