Wanggi Hoed, Hadirkan Keheningan dan Gagasan Lewat Pantomim
Selasa, 20 Desember 2022 22:33
Reporter : Siti Ninu Nugraha

Seniman pantomim Wanggi Hoed. Dok Siti Ninu.
BANDUNG -- Dalam pagelaran Suar Marabahaya yang digelar pada Sabtu, 17 Desember 2022, membawa pesan mengenai krisis iklim yang terjadi di bumi. Di mana anak muda diingatkan untuk lebih mencintai bumi dan segala apa yang ada di alam.
Kabaret Suar Marabahaya ini mengingatkan bahwa krisis alam merupakan sesuatu hal yang dapat membahayakan umat manusia. Dikemas secara apik, kabaret ini pun menampilkan seorang seniman pantomim asal Bandung, Wanggi Hoed.
Untuk yang menyukai seni pantomim, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok ini. Wanggi Hoed, merupakan seniman yang sudah menggeluti kesenian sejak tahun 2004. Dia pun akhirnya fokus menggeluti pantomim di tahun 2006.
Alasan kenapa memilih pantomim? Awalnya hanya sekadar rasa ingin tahu dari Wanggi Hoed.
"Kalau mengawalinya harus dengan rasa senang dan harus punya rasa penasaran. Kalau zaman muda masih begitu tinggi rasa penasarannya, misalnya teater itu apa sih? Pantomim apa sih? Atau seni lukis apa sih? Segala seni itu pasti bertemu, dan di situlah timbul rasa penasaran," ujarnya saat ditemui belum lama ini.
Mengulik ke belakang, Wanggi Hoed menjelaskan pantomim sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970-an. Kemudian pada 1990-an, fase seni pantomim mengalami kemajuan dan sudah masuk ke layar televisi.
Akan tetapi, sekitar tahun 2000-an, saat tayangan di televisi telah kian beragam. Seni pantomim malah makin surut.
“Pantomim pada dasarnya mungkin di Indonesia sendiri di tahun-tahun sebelumnya sudah ada dari tahun 1970 an sejarahnya. Memang di fase 90-an masih ada di beberapa televisi. Kemudian di era 2000-an mulai vakum. Mungkin masa televisi juga telah semakin berganti, makin berwarna, muncul moderinisasi dan sebagainya," ucapnya.
Di era moderenisasi inilah menurutnya sebagai masa terberat dalam dunia pantomim. Ada beberapa seniman pantomim yang masih mencoba tampil di televisi, tapi ada pula yang akhirnya kembali lagi ke panggung-panggung seperti sedia kala.
Meski begitu, dirinya merasa beruntung karena masih memiliki peluang untuk membesarkan lagi seni pantomim. Dia mencoba untuk kembali menarik minat masyarakat kepada pantomim.
Caranya? Tentu saja dengan membuat pertunjukan langsung di hadapan publik.
"Salah satu peluang baik saya atau keberuntungan saya ketika saya masuk ke pantomim dengan mencoba membaca peta dari kelahirannya, literatur-literaturnya. Saya juga mencoba untuk menarik lagi pantomim kepada sosial atau masyarakat berhadapan langsung dengan publik,” lanjutnya.
Memang, tidak selalu berjalan mulus. Ada berbagai risiko yang harus dihadapi kala dia menjalankan aksinya sebagai seniman pantomim. Malahan, Wanggi Hoed pun sempat dikejar-kejar atau ditangkap aparat atas aksi pantomimnya, yang sekaligus menyuarakan keluhan dari masyarakat.
“Risiko-risikonya pasti ada, seperti di kejar-kejar, ditangkap, tapi ya itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang ajeg bagi pantomim. Di sini konteksnya lebih luas, bahwa pantomim bukan sekadar lelucon, tapi pantomim juga mempunyai filosofis atau sejarah yang panjang," tuturnya.
Kini dirinya juga berupaya menumbuhkan pemikiran-pemikiran terkait bagaimana kehidupan pantomim. Menurutnya, bukan hanya sekadar bagian dari penampilan. Tapi juga memuat sebuah gagasan besar.
Wanggi Hoed pun tidak ingin cepat berpuas diri. Dia menyatakan masih perlu banyak belajar serta mengambil pembelajaran dari para pendahulunya.
“Salah satunya juga untuk bisa belajar terhadap kita sebagai manusia. Kita bisa melihat itu ketika dunia ini semakin ramai dan riuh. Apakah perlu dengan diamnya itu kita memberi jeda sejenak dengan keheningan,” lanjutnya.
Wanggi saat ini sedang mempersiapkan kegiatan Juang Sunya Menjura yang akan menampilkan pantomim darinya dan Gendis S Sutoyo. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu, 21 Desember 2022 pukul 19:00 WIB di RumahKuri, Bandung.