Upaya Adaptasi Anomali Iklim dan Kelangkaan Pangan Global
Rabu, 02 November 2022 21:56
Reporter : Siti Ninu Nugraha
Dok. Freepik
YOGYAKARTA -- Sebagian besar wilayah di Indonesia tengah diselimuti kemarau basah. Di mana musim kemarau kali ini diselingi hujan bersifat sporadis dan lebat untuk durasi yang cepat.
Kondisi seperti ini sangat dirasakan dampaknya oeh para petani, yang biasanya petani sudah bisa menanam komoditas hortikultura seperti cabai atau bawang tetapi tahun ini malah sebaliknya.
Dilansir dari website resmi Universitas Gadjah Mada, keadaan ini disebabkan oleh La Nina yaitu kejadian anomali iklim global ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya. La Nina menyebabkan intensitas hujan semakin besar dan menggeserkan periode musim hujan dan kemarau.
Prediksi cuaca secara nasional detail hingga pada level desa atau lahan dilakulan sebagai upaya adaptasi dan mitigasi terkalit dengan La Nina. Informasi tersebut selanjutnya disampaikan kepada masyarakat terutama terkait anomali cuaca serta dampak bagi petani bisa dilakukan melalui penyuluhan di wilayah masing-masing.
Dalan revolusi industri 4.0, sektor pertanian diharapkan mampu untuk dimaksimalkan. Dengan manfaatkan teknologi digital berbasis internet agar dapat beradaptasi dalam kondisi seperti ini. Informasi tentang iklim sangat diperlukan agar meminimalisir gagal tanam, gagal panen, serta produktivitas pertanian turun tidak terulang lagi.
Selain itu, pemasangan teknologi sensor cuaca juga sangat disarankan untuk bisa memberikan informasi kondisi cuaca dan kondisi tanah petani secara nyata dan akurat. Sensor tanah dilakukan untuk mengukur tingkat parameter PH, kondisi air, tingkat kesuburan, dan suhu tanah. Selanjutnya alat akan menerjemahkan dan membuat prediksi tentang apa yang harus dilakukan petani denga kondisi yang terbaca dari sensor machine learning dan kecerdasan buatan (AI).
Selain anomali iklim, kelangkaan pangan juga sedang terjadi secara global. Saat ini masyarakat Indonesia harus bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri.
Pemerintah baru saja mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) sebagai negara yang berhasil melakukan swasembada pangan. Meskipun begitu, tetap saja masyarakat perlu waspada dan tidak boleh lengah terhadap ancaman krisis pangan global.
Upaya pemerintah dalam menyediakan swasembada pangan secara terus-menerus menjadi salah satu solusi. Caranya adalah menyiapkan ekosistem-ekosistem pertanian berbasis inovasi teknologi.
