UGM Luncurkan Program Sekolah Wartawan
Selasa, 17 Januari 2023 22:34
Reporter : Nadiana Tsamratul Fuadah
Dok. UGM
YOGYAKARTA -- Bagian Humas dan Protokol Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan program Sekolah Wartawan, yaitu kelas singkat bagi jurnalis yang mengulas isu-isu terkini secara mendalam dengan menghadirkan pakar di bidang terkait.
Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Dina W Kariodimedjo menuturkan Sekolah Wartawan hadir untuk memberikan pemahaman terhadap sebuah isu agar peliputan dan penulisan dapat lebih komprehensif.
"Rekan-rekan wartawan memerlukan background dan pemahaman yang lengkap terhadap sebuah isu atau tema tertentu agar dalam peliputan dan penulisan berita bisa lebih komprehensif. Sekolah Wartawan hadir untuk itu, dikemas dalam bentuk FGD antara pakar UGM dengan wartawan membahas sebuah topik yang aktual dan menarik," kata Dina dalam laman resmi UGM.
Dina menambahkan program ini akan diselenggarkan setiap bulan dengan melibatkan jurnalis media cetak, online maupun elektronik.
Edisi pertama Sekolah Wartawan ini digelar pada Senin, 16 Januari 2023 dan mengangkat tema Resesi dan Masa Depan Perekonomian 2023. Diikuti oleh sepuluh jurnalis dari berbagai media di Yogyakarta dan diisi oleh narasumber ekonom Akhmad Akbar Susanto.
Akhmad mengulas sejumlah isu yang berkembang terkait proyeksi ekonomi Indonesia dan dunia pada tahun 2023. Ia juga mengajak peserta melihat berbagai data nasional dan global.
Ia optimis pertumbuhan Indonesia tahun 2023 masih positif, juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 berada di angka 4,5 persen hingga 5 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 berada di angka 4,5 persen hingga 5 persen. Prediksi serupa juga muncul dari berbagai kelompok ekonom hingga lembaga negara," kata Akhmad.
Akhmad juga memberikan penjelasan terkait berbagai konsep penting yang kerap muncul dalam berita-berita ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Bruto, resesi, hingga inflasi.
Ia juga menjelaskan dua definisi resesi yang digunakan oleh para ekonom. Menurutnya, ketika perekonomian jatuh, selama belum kembali ke kondisi awal itu masih dikatakan sebagai resesi.
"Ketika perekonomian jatuh, selama belum kembali ke kondisi awal itu masih dikatakan sebagai resesi. Ketika angkanya sudah tidak negatif, bukan berarti sudah bisa dikatakan keluar dari resesi. Selain PDB ada indikator lain yang dilihat misalnya tingkat pengangguran," tutup Akhmad.