Terungkap! Ternyata Ini Alasan Kenapa Nama Kuliner Sunda Unik
Minggu, 12 Februari 2023 14:45
Reporter : Rubby Jovan Primananda
Ilustrasi makanan sunda. (Freepik)
BANDUNG — Kuliner Sunda tidak sekadar menggugah selera bagi penggemarnya. Di balik itu, nama-nama kuliner Sunda kerap ditemukan nama yang cukup unik bahkan cenderung aneh, terutama bagi yang pertama mendengarnya.
Nama-nama makanan Sunda yang unik ini, menarik perhatian Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Elvi Citraresmana, M.Hum.
Bersama tim yang terdiri dari dua dosen dan dua mahasiswa Pascasarjana FIB, Elvi meneliti tentang “Tata Nama Kuliner Sunda Sebagai Kearifan Lokal dalam Perspektif Cognitive Onomastics”.
"Di balik nama yang unik dan aneh, tetap ada suatu sistem yang ditemukan pada tatanan nama-nama makanan Sunda," ujar Elvi dilansir dari laman resmi Unpad.ac.id, Minggu, 12 Februari 2023.
Dia menjelaskan, pada penelitian sebelumnya membahas bahwa makanan Sunda banyak yang menggunakan akronim. Dalam penelitian kali ini, terungkap bahwa nama makanan Sunda tidak hanya terdiri dari akronim.
“Ada juga nama-nama makanan Sunda yang memiliki bunyi-bunyi tertentu yang menjadikannya jauh lebih mudah diingat oleh orang lain,” jelasnya.
Adapun tiga kota di Jawa Barat menjadi objek penelitian kali ini, yakni Bandung, Garut, dan Sukabumi.
Beberapa kategori yang ditemukan dari penelitian ini adalah kategori nama makanan jajanan pasar, makanan populer, makanan basah, dan makanan tradisional.
Dari ketiga kota yang dia teliti, banyak dari Kuliner Sunda yang berbahan dasar aci atau tepung kanji.
Seperti contoh Citruk artinya ‘aci ngagetruk’ karena teksturnya keras, konsumen bisa menentukan nama kuliner dari yang mereka komsumsi.
“Hal ini menjelaskan bahwa hanya dari nama saja bisa menentukan konsumen dan konsumen juga bisa memilih produk yang akan dibeli,” paparnya.
Elvi juga menjelaskan kalau orang Sunda suka memberikan nama makanan dengan cara diulang-ulang atau reduplikasi.
Contohnya, makanan “bala-bala” diambil dari kata bala yang dalam bahasa Sunda artinya tidak bersih atau tidak rapi.
Nama bala-bala sendiri adalah berbagai macam sayuran yang dicampur tepung dan dibentuk secara asal.
Elvi mengungkapkan, ada nilai lokal yang penting untuk diangkat pada makanan tradisional Sunda. Jika penelitian ini bisa dilanjutkan ke linguistic landscape, diharapkan hasil dari penelitiannya bisa menjadi dokumentasi tata nama makanan Sunda.
Dari penelitian ini dia berharap hal ini bisa tetap menjaga kelestarian budaya lokal melalui makanan agar tidak mudah untuk diklaim oleh pihak lain.
“Harapannya sih kita jangan melupakan dari mana kita berasal. Ada peribahasa mengatakan you are what you eat,” pungkas Elvi.