Terungkap! Banyak keluarga Konsumsi Kental Manis Sebagai Ganti Susu Anak
Selasa, 14 Februari 2023 22:41
Reporter : Antara
Sekretaris Jenderal KOPMAS Yuli Supriati dalam Media Briefieng KOPMAS yang diikuti di Jakarta, Selasa, 14 Februari 2023. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
JAKARTA — Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) mengatakan masih banyak keluarga yang salah menerapkan pola pengasuhan dengan mengkonsumsi kental manis sebagai ganti susu pada anak.
“Hasil penelitian YAICI, PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU mendapati bahwa masyarakat beranggapan bahwa kental manis atau kreamer adalah susu dan itu diberikan kepada anak-anak,” kata Sekretaris Jenderal KOPMAS Yuli Supriati dalam Media Briefieng KOPMAS yang diikuti di Jakarta, Selasa, 14 Februari 2023.
Yuli menuturkan adanya anggapan yang salah tersebut disebabkan oleh adanya iklan yang masif ditampilkan di berbagai platform media sosial sejak puluhan tahun lalu.
Bahkan, penempatan produk kental manis masih ditemukan disatukan dengan produk susu asli.
Dalam penelusuran yang dilakukan pihaknya di lapangan, hal tersebut semakin parah karena rendahnya literasi gizi masyarakat Indonesia yang rendah, sehingga tidak terbiasa membaca label kandungan gizi dalam suatu makanan kemasan.
Di Karawaci Barat, misalnya, Yuli mencontohkan terdapat ibu yang memberikan lima hingga enam botol kental manis rasa cokelat, pada anaknya yang baru berusia tiga tahun.
Ada pula ibu yang mempunyai anak kembar usia tiga tahun dan dua-duanya diberikan kental manis yang dianggap bisa menggantikan susu.
Temuan KOPMAS lainnya di Parung, Kabupaten Bogor, yakni adanya balita berusia tiga tahun yang membeli kental manis dalam sachet di warung untuk diminum sebelum tidur siang.
Hal tersebut rutin dilakukan padahal kental manis mengandung lebih banyak gula dibandingkan proteinnya.
“Memang dampaknya tidak saat ini, tapi nanti. Kita bisa melihat anak-anak yang mengkonsumsi kental manis secara rutin, ke depannya seperti apa. Menurut hasil penelitian tadi, itu bahkan ada hubungannya dengan stunting dan gizi buruk,” katanya.
Yuli menyoroti jika hal tersebut wajar terjadi, karena sosialisasi pemerintah belum menjangkau masyarakat luas.
Terlebih banyak produsen tidak melakukan transparansi kandungan produknya, termasuk label peringatan yang hanya samar terlihat konsumen.
Menurutnya, masyarakat harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara susu asli dengan produk yang mengandung susu.
Susu asli adalah susu segar yang mengandung protein dan aman bagi anak, sementara kental manis tidak memiliki kandungan nutrisi dan tinggi gula.
Dalam hal ini, pemerintah bisa meningkatkan literasi masyarakat melalui pengadaan edukasi secara menyeluruh hingga akar rumput, dengan membekali kader posyandu ilmu untuk diberikan pada keluarga terkait kandungan gizi yang dibutuhkan anak.
Selain itu, pemerintah harus lebih gencar bersuara di media sosial supaya masyarakat dapat mengetahui perbedaan kental manis dengan susu, juga dampak buruknya jika anak terlalu banyak mengkonsumsi gula secara berlebihan.
Lebih jauh, Yuli menyebut permasalahan masyarakat atau gizi buruk di masyarakat saat ini salah satu pintu masuknya adalah kental manis.
“Kita tidak memusuhi produk ini, tapi hanya menggeser saja pangsa pasarnya. Kalau dulu pangsa pasarnya adalah agar anak minum kental manis, sekarang sudah bergeser saja. Di era media sosial ini banyak resep yang menggunakan kental manis, jadi dimodifikasi sebagai topping,” katanya.