Jakarta, DigoID-Guys, ada kabar mengejutkan nih dari SMPN 73 Tebet, Jakarta Selatan. Seorang siswa berinisial GAD (13) dilaporkan melompat dari lantai 3 gedung sekolahnya pada Senin, 20 Mei 2024 sekitar pukul 13.00 WIB. Kejadian tragis ini terjadi pas jam istirahat, saat GAD dan teman-temannya sedang berada di ruang kelas VII E.

Jadi ceritanya, GAD sempat nyuruh dua temannya keluar dari kelas sebelum dia membuka jendela. Teman-temannya sempat teriak melarang GAD untuk lompat, tapi sayangnya dia nggak menghiraukan dan langsung nekat melompat keluar jendela. Mirisnya lagi, saat melompat, dia sempat tersangkut di genteng lantai 2 sebelum akhirnya jatuh ke lantai 1.

Akibat aksi nekatnya ini, GAD mengalami luka di bagian kepala, kaki, dan tangan. Saat ini, dia lagi dirawat di Puskesmas Kecamatan Tebet buat dapet perawatan lebih lanjut.

GAD Korban Bullying?

Kapolsek Tebet, Kompol Murodih, mengungkapkan alasan di balik tindakan GAD yang bikin kita semua prihatin. Ternyata, GAD merasa dijauhi dan nggak ditemani oleh teman-temannya. Bahkan, dia sempat terlibat adu mulut sama salah satu temannya karena dianggap melarang ibadah salat Jumat.

"Korban juga pernah saat istirahat sholat Jumat, yang muslim melaksanakan salat Jumat dan korban dikarenakan agama Hindu istirahat di kelas, pernah terlibat adu omongan dengan teman korban A yang seakan-akan membuat korban disalahkan karena melarang shalat Jumat. Akibat kejadian tersebut korban merasa dijauhi oleh teman korban," jelas Murodih dikutip dari CNN Indonesia, Rabu, 22 Mei 2024.

Mirisnya lagi, GAD nggak pernah cerita soal masalah ini ke guru BP atau guru lainnya di sekolah. Kejadian ini benar-benar jadi wake-up call buat kita semua tentang pentingnya memperhatikan kesehatan mental dan perasaan anak-anak di sekolah.

Ternyata Ada Ribuan Kasus Bullying di Indonesia 

Nah, ngomongin soal bullying dan perundungan, masalah ini emang nggak bisa dianggap remeh. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menunjukkan bahwa selama Januari-Agustus 2023 aja ada 2.355 kasus pelanggaran terhadap perlindungan anak.

Dari jumlah tersebut, 837 kasus terjadi di lingkup satuan pendidikan, dengan rincian 87 kasus anak sebagai korban bullying, 27 kasus anak korban kebijakan pendidikan, 236 kasus anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis, dan 487 kasus anak korban kekerasan seksual.

Kasus bullying sendiri menjadi teror bagi anak-anak di lingkungan sekolah. Bullying fisik jadi yang paling sering terjadi (55,5%), disusul bullying verbal (29,3%), dan bullying psikologis (15,2%). Sementara itu, siswa SD jadi korban terbanyak (26%), diikuti siswa SMP (25%), dan siswa SMA (18,75%).

Cara Identifikasi Bullying Gimana?

Menurut Unicef, bullying bisa diidentifikasi dengan tiga ciri utama: dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti, terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Pelaku bullying memang bermaksud untuk menyakiti korbannya, baik secara fisik maupun psikis.

Kejadian tragis yang menimpa GAD ini jadi pengingat buat kita semua bahwa bullying bukanlah hal sepele. Kita harus lebih peka dan peduli dengan lingkungan sekitar, terutama terhadap anak-anak yang mungkin mengalami tekanan dan perundungan. Pemerintah dan pihak sekolah juga perlu mengambil tindakan tegas dan konkret buat menghapus tiga dosa besar dalam pendidikan, yaitu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi.

Semoga kejadian ini jadi yang terakhir dan kita semua bisa lebih peduli serta berempati terhadap sesama, terutama anak-anak yang butuh perhatian lebih. Jangan sampai ada lagi GAD-GAD lain yang merasa sendiri dan tertekan hingga nekat mengambil langkah tragis seperti ini.