Senjata Pembunuh Massal Buatan Jepang yang Biadab di Unit 731
Jumat, 12 Mei 2023 17:58
Reporter : Tim Digo.id
Ilustrasi: The Guardian
BANDUNG -- Enggak ada habisnya kalau ingin membahas bagaimana kisah horor dan kejamnya saat masa Perang Dunia II. Kalau kamu mengira dampak PD II hanya ada di Eropa, Amerika, dan sekitarnya. Kamu salah besar!
Ternyata ada salah satu kisah yang amat kejam dan sangat mengiris hati soal kebrutalan manusia, yakni mengenai eksperimen senjata biologis Unit 731.
Apakah kamu sudah mendengar soal Unit 731 ini sebelumnya?
Ketika Perang Dunia II, salah satu negara Asia yang paling dikenal dengan kejahatan perangnya adalah Jepang. Bukan hanya penjajahan yang dilakukan Jepang ke Asia Pasifik. Namun ada salah satu kekejaman Jepang yang paling tidak bisa dimaafkan, yakni menggunakan tahanan perang sebagai kelinci percobaan.
Pada masa Perang Dunia II, Jepang diketahui membangun sebuah laboratorium untuk senjata biologis yang diberi nama Unit 731.
Unit 731 atau "Nana-san-ichi Butai" merupakan nama divisi perang biologi serta kimia rahasia Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, yang letaknya di Harbin, Machuria, Tiongkok.
Divisi ini dipimpin oleh Jenderal Shito Ishii, seorang perwira medis tempur Jepang dengan reputasi yang membanggakan. Untuk menjaga keamanannya, Unit 731 ini disamarkan sebagai Departemen Pencegahan Epidemi dan Pemurnian Air Tentara Kwantung (Epidemic Preventon and Water Purification Departement of the Kuantung Army).
Tak cuma di Harbin, Jepang pun membangun unit lainnya di Changcun, yang juga disamarkan sebagai lembaga pencegah penyakit hewan.
Sejarah Unit 731
Mengapa Jepang memilih Harbin sebagai lokasi eksperimennya? Sebab kabarnya di sana sudah ada berbagai "subjek penelitiannya". Memang, Unit 731 memulainya sebagai unit penelitian, menyelidiki efek penyakit serta cedera yang dialami oleh tentara bersenjata.
Subjek penelitian tersebut awalnya adalah sukarelawan yang berasal dari tentara, pelaku kriminal, maupun orang miskin setempat. Para sukarelawan ini sebelumnya diminta untuk mengisi formulir persetujuan dan akan mendapatkan bayaran, namun jumlahnya cukup kecil.
Tapi lama-kelamaan jumlah sukarelawan semakin sedikit. Akhirnya Unit 731 memakai para tawanan perang maupun sipil. Maupun sipa saja yang bisa mereka dapatkan, mulai dari tawanan China, Rusia, Mongolia, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, sampai Amerika.
Melansir Opindia, Unit 731 menyebut para subjek penelitiannya sebagai "maruta" atau yang diartikan sebagai balok kayu. Di sinilah Unit 731 semakin masif melakukan eksprimen gila dan tidak masuk akal.
Berbagai Kekejaman Tak Manusiawi di Unit 731
Sebuah laporan dari New York Times menyatakan ada sebuah eksperimen di Unit 731, di mana seorang ibu dan anak perempuan Rusia ditempatkan di dalam ruang kaca tebal serta gas beracun dilepaskan di dalamnya.
Sang ibu berbaring di atas anaknya, sementara itu para dokter di luar berkumpul guna mencatat reaksi kejang-kejang yang mereka alami. Bisa ditebak bahwa pada akhirnya ibu dan anak tersebut tidak selamat.
Kemudian ada sebuah catatan dari seorang mantan pekerja medis Jepang yang bernama Takeo Wano yang menceritakan ada "orang barat" yang dipotong secara vertikal menjadi dua bagian. Lalu diawetkan pada toples kaca setinggi enam kaki berisi formaldehida.
Terdapat pula eksperimen bakteriologis yang sudah melampaui etika batasan kedokteran. Bahkan terbilang biadab.
Ada yang disebut dengan vivisection, yang merupakan praktik memutilasi tubuh manusia, tanpa anastesi. Tujuannya untuk mempelajari operasi sistem kehidupan.
Ribuan tawanan yang terdiri dari berbagai macam usia, gender, bahkan anak-anak yang terinfeksi penyakit maupun wabah, organ mereka diambil guna diperiksa sebelum meninggal. Para dokter berdalih sedang mempelajari efek penyakit tanpa dekomposisi yang terjadi setelah kematian.
Anggota tubuh subjek penelitian akan diamputasi dan disambungkan kembali namun ke sisi tubuh yang lainnya. Sedangkan anggota tubuh lainnya dihancurkan atau dibekukan, agar sirkulasinya terputus untuk mengamati perkembangan efek dari eksperimen tersebut.
Sungguh kejam! Tentunya tak ada satupun subjek yang akhirnya dapat selamat dari percobaan ini.
Masih banyak hal-hal lainnya yang di luar nalar manusia yang terjadi di Unit 731 ini. Seperti penyuntikan secara sengaja virus ke para tawanan untuk melihat bagaimana mematikannya virus tersebut. Sebut saja virus sifilis dan antraks.
Kemudian para tawanan juga sengaja ditembakkan oleh radiasi melalui jarak dekat. Hingga mereka terinfeksi berbagai macam penyakit. Mulai dari penyakit pes hingga pneumonia.
Belum lagi tindakan kejam para tawanan wanita yang dibuat hamil secara paksa. Janin yang dikandungnya pun tetap dijadikan bahan eksperimen. Bahkan, terdapat laporan yang menyebutkan bayi yang lahir di Unit 731 pun dipastikan tak ada yang selamat.
Akhir dari Unit 731
Bulan Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerah pada sekutu usai kejadian bom yang membumihangsukan Hiroshima dan Nagasaki.
Tentara Soviet pun dilaporkan telah berhasil menginvansi Manchuria dan memusnahkan pasukan Jepang di sana.
Kaisar Jepang Hirohito pun akhirnya membacakan pernyataan menyerahnya melalui radio yang disebut juga dengan "Gyokuon-hoso" atau "Siaran Suara Kaisar".
Unit 731 pun akhirnya resmi dibubarkan. Namun menurut all thats interesting, catatan kebiadaban di sana sebagian besar dibakar dan dihancurkan.
Setiap tahunnya terdapat ribuan orang yang meninggal ketika menjadi objek uji coba di Unit 731. Sayangnya sebagian besar peneliti masih tetap bebas dan menjalani kehidupan sipil seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Bahkan, hingga kini pun Jepang belum meminta maaf untuk salah satu kejahatan terburuk serta eksperimen sains paling jahat yang pernah ada di muka bumi ini.