Sekjen NATO Umumkan Komunitas LGBT Sebagai Sekutu, Populasinya Bakal Naik Pesat?
Selasa, 21 Mei 2024 15:38
Reporter : Tim Digo.id
Ilustrasi Sekjen PBB umumkan LGBT sebagai sekutu/Digo.id
Jakarta, DigoID-Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, dengan bangga mengumumkan kalau komunitas LGBTQ+ sekarang dianggap sebagai sekutu mereka. Dia bilang, NATO bakal membela hak-hak kelompok LGBTQ+. Ini diungkapkan Stoltenberg bareng ratusan pejabat, lembaga, dan organisasi publik Barat lainnya yang bikin pernyataan mendukung Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia (IDAHOBIT) pada hari Jumat.
"NATO ada untuk membela 32 negara, dan hak rakyat kami untuk hidup bebas dan damai," tulis Stoltenberg di X (dulunya Twitter). "Pada Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia & Transfobia, dan setiap hari: semua cinta adalah setara. Orang-orang LGBTQ+ berhak mendapatkan rasa hormat dan martabat, dan saya bangga menyebut diri saya sekutu Anda," tambahnya, yang dikutip dari Russia Today, Selasa, 21 Mei 2024.
Namun, tanggapan dari netizen terhadap postingan Stoltenberg itu kebanyakan negatif. Ada yang bertanya-tanya, "Dan hubungan timbal balik antara aliansi militer pertahanan dengan hak-hak minoritas tertentu adalah…?" Sementara yang lain nyentil tentang perang NATO di Yugoslavia (1999) dan Libya (2011), serta fakta bahwa NATO menghabiskan 20 tahun di Afghanistan bantuin AS buat "menggantikan Taliban dengan Taliban". Bahkan, ada yang bilang, "Anda membuat saya lebih mendukung Rusia."
IDAHOBIT sendiri didirikan pada tahun 2004 oleh seorang aktivis gay Perancis. Organisasi seperti Asosiasi Lesbian, Gay, Biseksual, Trans, dan Interseks Internasional (ILGA), Komisi Hak Asasi Manusia Gay dan Lesbian Internasional (IGLHRC), Kongres Yahudi LGBT Sedunia, dan Koalisi Lesbian Afrika mendukung proyek ini.
Perayaan pertamanya diadakan pada tahun 2005. Tanggal 17 Mei dipilih untuk memperingati penghapusan homoseksualitas dari klasifikasi penyakit internasional oleh WHO pada tahun 1990. “Transfobia” ditambahkan ke nama tersebut pada tahun 2009, dan “bifobia” pada tahun 2015, sehingga menghasilkan akronim IDAHOBIT seperti yang dikenal sekarang.
Istilah LGBT dan Populasinya di Seluruh Dunia
Istilah LGBT yang awalnya singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender diperkenalkan pada 1990-an. Seiring waktu, akronim ini berkembang menjadi LGBT+ dan LGBTQ+, dengan tambahan queer serta orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka.
Komunitas LGBT terus berkembang, baik di skala nasional maupun global. Menurut survei global yang dilakukan pada 2021 di 27 negara, hanya 70 persen responden yang tertarik secara seksual kepada lawan jenis. Sekitar tiga persen responden menyatakan mereka adalah homoseksual, baik gay atau lesbian, sementara empat persen mengaku sebagai biseksual, dan satu persen mengaku sebagai panseksual atau omniseksual.
Panseksualitas menggambarkan orang yang merasa tertarik pada orang lain, terlepas dari jenis kelamin biologis, gender, atau identitas gendernya. Sedangkan omni seksualitas mengacu pada ketertarikan pada semua identitas gender dan orientasi seksual.
Rusia dan Hungaria menjadi dua negara dengan responden heteroseksual terbanyak. Sebaliknya, persentase responden homoseksual terbesar berasal dari Australia, Inggris Raya, Belgia, dan Belanda, di mana antara delapan dan sembilan persen orang yang diwawancarai hanya tertarik pada jenis kelamin yang sama.
Namun, menjadi homoseksual masih dianggap sebagai kejahatan di sekitar 71 negara di dunia. Sebagian besar negara tersebut terletak di Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Di 11 negara, ada kemungkinan penerapan hukuman mati untuk aktivitas seksual sesama jenis.