Plus Minus Pengalaman Gunakan Teman Bus
Rabu, 07 Desember 2022 01:32
Reporter : Fitri Sekar Putri

Teman Bus. Dok. Fitri Sekar Putri
BANDUNG -- Teman Bus menjadi salah satu program Buy The Service dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia untuk menciptakan transportasi umum yang aman dan nyaman bagi para penumpangnya. Teman Bus memiliki berbagai macam penilaian dari para penggunanya.
Diresmikan sejak 27 Desember 2021 lalu, Teman Bus ini memberikan kesan yang beragam dari para penumpangnya. Salah satu pengalaman buruk dari penumpang diungkap oleh akun Twitter @DraftAnakUnpad ketika menggunakan Teman Bus.
Penumpang tersebut mendapatkan perlakukan kurang menyenangkan dari sopir Teman Bus. Penumpang yang tidak disebutkan namanya itu mengaku jika ia menumpangi Teman Bus koridor 5 (Dipatiukur-Jatinangor) jadwal terakhir.
Menurut keterangannya, sopir Teman Bus sempat berbicara dengan nada tinggi dan mengendarai bus dengan ngebut ugal-ugalan. Ketika melakukan pengaduan melalui akun Twitter Teman Bus pun tidak ada tanggapan apapun.
Pengalaman berbeda justru dirasakan oleh penumpang lain. Salah seorang warga Soreang, Risma Nurmala yang menggunakan jasa transportasi Teman Bus koridor 1 (Leuwipanjang-Soreang) ini. Ia merasa puas dengan pelayanan yang diberikan pelayanan Teman Bus.
"Kalo sopir Soreang pada baik-baik, pelayanannya juga ok, malah ketat sekali dengan peraturannya, seperti harus benar-benar naik dari halte, jamnya juga sesuai dengan jadwal yang ada di aplikasi," kata Uma, sapaan Risma Nurmala.
Uma pun membandingkan pelayanan Teman Bus dan Damri. Menurutnya. Teman Bus lebih memperhatikan kenyamanan penumpangnya.
"Kalau Teman Bus ngga pernah over capacity kaya Damri, nunggunya juga cepet 15 menit sekali, terus kalo Teman Bus gitu didalemnya udah gaada orang yang jualan, ngamen gitu-gitu, soalnya ga pernah dibukain pintu sama sopirnya," ucapnya.
Dari semua pujian itu, Uma turut merasakan kekurangan dari Teman Bus. Yaitu metode pembayaran Teman Bus secara digital dengan menggunakan Qris.
"Kasian seperti bapak-bapak dan ibu-ibu yang tidak mengerti jadi tidak bisa naik," tutup Uma.