Pasca Debat Terakhir, Mau Stay Atau Move On ?
Selasa, 06 Februari 2024 21:04
Reporter : Ekadyana N. Fauzi
Ilustrasi Kedekatan Para Paslon Capres 2024/TimDigo.id
Jakarta, DigoID-Wah, denger-denger nih guys, pemilih pada nggak terlalu gampang ganti pilihannya setelah debat terakhir kemarin Minggu, 4 Februari 2024 malam. Meskipun begitu, masih ada kesempatan buat ubah pikiran sampe hari pemilihan, terutama kalo ada blunder politik atau gerakan-gerakan baru yang gede banget.
Menurut Peneliti
Menurut Peneliti Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Delia Wildianti, ini momen penting buat para kandidat buat ngejaga basis pemilihnya. Tapi kayaknya agak susah buat ngubah pikiran pemilih yang udah fanatik.
"Rata-rata orang sudah menentukan pilihan. Ada ruang (pemilih mengubah pilihannya), tetapi kayaknya kecil," ujar Delia pada Senin, 5 Februari 2024.
Hasil survei dari Litbang Kompas juga ngerekam hal yang sama, dimana sebagian besar responden (88 persen) tetep setia sama capres mereka.
Delia bilang, ini juga sudah diprediksi tim-tim capres, jadi mereka main safe aja pas debat. Mereka gak mau riskan elektabilitas mereka dengan kesalahan atau celah, yang bisa bikin dukungan mereka turun. Dan ini juga biar gak bikin sentimen negatif di masyarakat.
"Jadi, ini adalah strategi dari ketiga capres untuk tidak menyerang seperti debat sebelumnya. Untuk menutup, bahwa 'kami damai, baik-baik saja'. Tujuannya, tak lain adalah menarik simpati dari para pemilihnya, ada yang pendekatan secara emosional untuk cari simpati pemilih dengan tidak lagi menyerang, ada juga pendekatan emosional dengan berterima kasih kepada sesama paslon," ucap Delia.
Tapi memang bener sih, dari debat-debat sebelumnya, ada banyak kritik dari masyarakat soal narasi yang terlalu keras. Sebabnya, debat terakhir kemarin, lebih ke arah pembicaraan program, lebih setuju-setujuan, jadi bisa fokus ke substansi.
"Kalau debat terakhir kemarin, kan, sebetulnya secara gimmick lebih tidak ada, lebih banyak bicara program, lebih banyak setuju satu sama lain, melanjutkan narasi-narasi yang disampaikan paslon masing-masing sehingga diskusinya bisa berlanjut dan lebih banyak substansi," tutur Delia.
Debat, Adu Gagasan atau Gimmick?
Menurut Delia, debat politik ini seharusnya jadi pelajaran politik buat masyarakat. Jadi fokusnya harus ke program, visi, dan misi, bukan bikin gimik yang gak perlu. Biar gak bikin sentimen negatif di masyarakat.
Selain itu, ada juga pembicaraan soal perubahan pilihan pemilih yang bisa terjadi kalo ada blunder politik atau gerakan yang masif di masyarakat. Misalnya, narasi soal Pemilu 2024 yang dijalankan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Dan di debat pamungkas kemarin, juga terlihat adanya semangat rekonsiliasi politik. Beda sama debat-debat sebelumnya yang penuh serangan, debat terakhir ini malah menunjukkan sikap yang lebih simpatik di antara para kontestan.
Anies dan Ganjar juga terlihat kompak, tapi nyoba mencari kesempatan buat serang Prabowo. Tapi penampilan Prabowo kali ini kayaknya lebih siap, beda sama debat-debat sebelumnya yang keliatan pasrah aja.
Ada juga upaya dari beberapa paslon buat konsolidasi basis dukungan elektoral. Misalnya, Anies sering pake terminologi Jawa, buat konsolidasi pemilih dari segmen Jawa.
"Anies juga beberapa kali menggunakan argumen Islam moderat, yang bisa diarahkan untuk mengkonsolidasikan dukungan nahdliyin yang saat ini terfragmentasi," kata Ahmad Khoirul Umam, pengajar Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina.
Nah, janji Prabowo buat bantu keraton-keraton kerajaan dan kesultanan juga bisa bikin konsolidasi basis pemilih adat dan para raja-raja di tingkat lokal yang masih punya pengaruh di masyarakat.
Intinya, debat politik seharusnya jadi ajang belajar buat masyarakat, fokusnya ke program, visi, dan misi, bukan bikin gimik yang gak perlu. Dan juga, debat terakhir ini menunjukkan semangat rekonsiliasi politik yang lebih simpatik di antara para kontestan. Jadi, tinggal kita nungguin aja hasilnya di hari pemilihan.