Modus ETH Lancarkan Pelecehan Seksual Hingga Rencananya Laporkan Balik Korban
Senin, 04 Maret 2024 16:45
Reporter : Ekadyana N. Fauzi
Ilustrasi Kasus Pelecehan Seksual ETH Rektor Universitas Pancasila/TimDigo.id
Jakarta DigoID-Setelah adanya kasus pelecehan seksual di Universitas Pancasila, rektornya tuh Edie Toet Hendratno (ETH). Victim-nya pakai inisial DF, dan Amanda Manthovani sebagai penasihat hukumnya cerita sedikit nih detilnya.
Kronologi Korban Diminta Ke Ruangan ETH
Amanda Manthovani ngejelasin, kronologi dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh rektor yang kini sudah nonaktif itu, guys. Jadi, pada tanggal 9 Desember 2022 kemarin, DF dan temannya R dihubungin sama sekretaris rektor buat ketemu ETH di ruang kerjanya. Nah, selang berapa lama, R disuruh cabut, dan akhirnya DF ditinggal sendirian sama si rektor. Hah, seriusan ini kayak di sinetron aja!
Terus, menurut cerita Amanda, setelah urusan humas selesai, rektor suruh R cabut. Tinggal DF sama rektor aja di ruangan. "Setelah urusan R humas selesai maka rektor menyuruh R humas dipersilahkan keluar dan tinggal rektor dan DF," kata Amanda seperti dilansir dari liputan6, Senin, 4 Maret 2024.
Nah, di situlah katanya kejadian bejatnya ETH ke DF. Amanda bilang pelecehan dilakukan secara fisik, tapi sayangnya dia gak merinci lebih jauh. Kita nih jadi penasaran banget, dong!
Amanda juga komentarin kubu Edie Toet yang ngebantah soal kasus ini, nih, "Upaya silahkan saja, proses hukum tetap berjalan." Ini kayak drama politik, nih, dua kubu saling serang.
Curhatan ETH: Mereka Ingin Jadi Rektor!
Sebelumnya, bersumber dari liputan6, Senin, 4 Maret 2024 rektor UP, Edie Toet Hendratno (ETH) ngebantah nih, soal kasus dugaan pelecehan seksual yang dituduhkan kepada dirinya. Ada dua laporan polisi (LP) yang diterima oleh penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya atas nama ETH, dan dia merasa ini semua gara-gara pemilihan rektor di kampusnya.
"Saya cari-cari apa motif mereka itu sebetulnya. Tapi dugaan saya ini karena bertepatan dengan pemilihan rektor di Universitas Pancasila, mereka ingin jadi rektor," kata Edie.
Sebelum kejadian itu, ETH dapat tawaran dari yayasan buat perpanjang masa jabatan jadi rektor. Ada pilihan dua tahun atau empat tahun tambah. Dia cerita, "Pernah saya mendengar pimpinan yayasan universitas saya menghitung usia saya dan sebagainya, saya punya pilihan dua tahun atau empat tahun tambah," jelas dia.
Trus dia udah siap-siap banget, sampe bikin rencana strategis buat kampus sampai tahun 2029. Gokil, ya! "Jadi kalau saya terpilih, besok paginya saya sudah tahu harus berbuat apa. Apalagi saya sudah 13 tahun di situ," katanya.
Tapi, ternyata banyak yang gak setuju sama perpanjangan masa jabatannya itu. Dia bilang, "Mungkin mereka nggak suka jadi akhirnya terjadilah seperti ini. Selama dua bulan ini saya mendapat hinaan, cercaan, tuduhan yang sangat tidak beretika dan itu tidak saya lakukan sama sekali. Tetapi memang saya menjadi sasaran untuk kegiatan ini yaitu kegiatan yang sedang berjalan di UP pemilihan rektor."
Berani-beraninya Gugat Saya
Dia sampe ngomong, "Saya punya keluarga, bisa dibayangkan enggak betapa mereka sedih dan malu ayahnya diperlakukan seperti ini. Saya sebetulnya sampai hari ini masih sedih. Karena saya nggak berani membayangkan bagaimana sedih dan malunya keluarga saya. Kami ini orang yang punya etika.
Anak-anak saya tahu budi pekerti.” Dia lanjut, "Yang paling menyedihkan adalah di saat usia saya yang sudah tidak muda, pengalaman ini tertimbun muncul dan itu sungguh satu penderitaan yang tidak bisa membayangkan betapa saya menderita karena tuduhan-tuduhan tidak benar ini.”
Sementara Edie, yang notabene jebolan hukum, bilang dia tahu banget kalo semua tuduhan ini gak ada dasarnya, gak ada bukti, gak ada saksi. "Berani-beraninya gugat saya. Jadi dunia memang aneh. Saya punya dosa apa kok sampai.
Saya enggak mau di saat saya makin tua, tapi anak-anak saya menderita karena nama baik ayahnya jelek. Jelek itu bukan karena kesalahannya tapi dibuat oleh orang-orang yang iri atau tidak suka. Tapi itulah hidup, itulah dunia," keluhnya.
Tapi Edie tetap punya harapan, guys. Dia pengen banget masalah ini segera selesai. Karena yang dapet dampak gak cuma dia sendiri, tapi keluarga besarnya juga.
UP Tetap Lanjutin Pemilihan Bacarek
Polemik gak abis-abis di Universitas Pancasila (UP) terkait dugaan pelecehan seksual, tapi tahu gak? UP malah tetep lanjutin pemilihan Bakal Calon Rektor (Bacarek) buat periode 2024-2028. Kayaknya gak ada brek deh!
Jadi, bersumber dari Radar Depok, Senin, 4 Maret 2024, data dari Panitia Pemilihan Rektor (PPR) UP sampai hari Jumat kemarin, jam 4 sore, nunjukin ada 16 nama Bacarek yang udah ngirim dokumen lengkap. Gokil ya, ini mah kayak ngebenturin drama sama realita, guys.
Komnas Perempuan Larang ETH Lapor Balik
Tapi, di tengah kabar ini, Rektor UP nonaktif, si Edie Toet Hendratno, malah balik mau lapor dua karyawannya yang ngelawan dia. Mereka ini namanya RZ dan DF.
Tapi cek nih, Komisioner Komisi Nasional Perempuan (Komnas) Theresia Iswarini bener-bener gak setuju sama langkah Edie yang mau lapor balik karyawan-karyawannya itu.
Theresia bilang, "Pada posisi pemeriksaan kasus sedang berjalan maka dibutuhkan sikap menahan diri dari rektor UP nonaktif agar posisi kasus menjadi terang benderang."
Dia juga ngingetin kalo ancaman pelaporan balik ini bisa aja nunjukin kuasa yang bertumpuk-tumpuk gitu. Menurut UU TPKS pasal 69, korban punya hak buat gak diancam pidana atau digugat perdata atas kasus yang sudah dilaporkan.
"Oleh karena itu kepolisian sebaiknya mematuhi pasal 69 ini dan fokus pada proses sidik lidik yang saat ini sedang berjalan," ucap Theresia.
Theresia juga nagih ke semua pihak buat ngasih ruang ke polisi buat bener-bener kerja di kasus ini. Selain itu, dia pengen banget ada perlindungan dan pemulihan buat korban.
“Ancaman kriminalisasi korban justru akan memperkeruh situasi menjadi tidak kondusif," tuturnya seperti dilansir dari Radar Depok, Senin, 2024. Kayaknya nih drama belum bakal selesai, kita lihat aja terus deh. (wd)