Mahalnya Biaya Kuliah Bikin Mahasiswa Menjerit Keberatan, Perguruan Tinggi Hanya Untuk Orang Kaya?
Senin, 06 Mei 2024 17:20
Reporter : Tim Digo.id
Ilustrasi biaya kuliah yang mahal memberatkan mahasiswa/Digo.id
Jakarta, DigoID-Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Abdul Haris itu ngomongin masalah-masalah serius di dunia pendidikan tinggi kita nih. Dia bilang, ada masalah ketimpangan akses, kualitas yang nggak merata, dan relevansi pendidikan tinggi.
Permasalahan di Perguruan Tinggi
Haris dalam sarasehan yang dilaksanakan sama Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) Jawa Timur di Universitas Wahab Hasbullah (UNWAHA) Jombang, Sabtu, 4 Mei 2024 lalu, bilang kalau akses pendidikan itu masih perlu didorong sampe angka partisipasinya naik. "Pemerintah mendorong peningkatan nilai angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi dan juga memperluas akses pendidikan tinggi yang berkualitas dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut," ujarnya.
Dia bilang, pemerintah lagi berusaha keras banget naikin nilai angka partisipasi di perguruan tinggi dan ngebuat akses pendidikan yang bener-bener bagus. Gimana nggak dilema coba, 1,2 juta orang terdidik tapi nggak ada kerjaan, padahal dulu kan kita pikir, punya gelar tinggi itu jaminan kerja. Tapi zaman sekarang, nggak gitu lagi, bro. Nah, akibatnya, pemerintah lagi serius-seriusnya ngebutin kualitas pendidikan tinggi. Mereka mau banget perguruan tinggi di Indo masuk ke ranking global dan lulusannya bener-bener siap untuk dunia kerja. Tapi masalahnya, banyak perguruan tinggi yang masih lelet banget nangkep perubahan, padahal ini hal serius banget, lo.
Terus, sekarang kan lagi ngetren model pendidikan digital. Ini lebih fleksibel dan murah, katanya. Jadi, masyarakat juga harus ikut serta, nggak bisa cuma bergantung sama perguruan tinggi doang.
Peningkatan Kualitas dan Pemerataan
Dari data yang diomongin tadi, hampir separuh mahasiswa kuliah di perguruan tinggi swasta. Jadi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Ristek lagi kerjasama sama perguruan tinggi swasta, termasuk yang punya hubungan sama Nahdlatul Ulama, buat ngecilin ketimpangan akses pendidikan, ngeboost kualitasnya, dan ngebuat pendidikan yang lebih relevan. Gue setuju sama pendapat Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU Jawa Timur. Mereka udah lama nih kerjasama sama PTS NU buat nambahin kualitas SDM kita dalam bingkai NU.
Jadi, di Jawa Timur sendiri, ada 104 perguruan tinggi yang berhubungan sama LPTNU Jatim. Itu kan nggak sedikit, bro. Acara yang mereka adain itu dihadiri sama orang-orang penting di bidang pendidikan, bro. Ada Dirjen Dikti, Direktur Diktis Kemenag, Dewan Eksekutif BAN PT, sama Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi PBNU. Dan yang ikut itu banyak banget, dari PTNU se-Jawa Timur, pengurus LPTNU Jawa Timur, sampe pimpinan Universitas K.H. Wahab Hasbullah di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang.
Gejolak Dinamika Kampus UI
Ketua BEM UI, Verrel Uziel, tentang perubahan UKT di kampus kita tahun ini. Katanya ada keputusan baru dari Kemendikbud Ristek yang bikin UKT diatur lebih spesifik buat tiap program studi. "Terdapat peraturan kementerian baru yang mengatur pemetaan tarif UKT menjadi lebih spesifik di tiap program studi," kata Verrel ketika dihubungi Ahad, 5 Mei 2024. Di tahun sebelumnya, UI menetapkan 11 kelompok UKT yang berbeda di setiap rumpunnya yaitu sosial humaniora atau Soshum dan Sain Teknologi (Saintek). Sementara pada tahun ini, UI hanya menetapkan maksimal 5 kelompok UKT yang berbeda setiap program studinya.
Jadi, dulu kan kita punya 11 kelompok UKT yang beda-beda buat Soshum sama Saintek. Tapi sekarang, cuma ada maksimal 5 kelompok aja buat tiap program studi. Yang bikin gregetnya, naik turunnya UKT bakal beda-beda tiap program studi. Tapi yang jadi masalahnya, cuma ada 5 kelompok aja, jadi beda antar kelompoknya bisa gede banget. Verrel juga cerita, selama ini UKT di UI selalu naik terus, tapi masalahnya kampus kita nggak pernah terbuka soal pembahasan biaya pendidikan. Mahasiswa baru kan kadang berasa kayak beli kucing dalam karung, diterima di UI tapi nggak tau berapa biaya yang bakal dibebankan ke mereka.
Nah, besaran BOP-nya juga belum ada SK resmi dari rektor. Verrel bilang, besaran UKT lagi diproses pengkajiannya sama rektorat kampus. Semoga aja ke depannya ada transparansi lebih soal biaya pendidikan di UI, bro.
Aksi Mahasiswa Unsoed dan UGM
Mahasiswa dari Unsoed dan UGM pada protes UKT yang semakin bikin dompet kering di Hari Pendidikan Nasional kemarin. Makin mahalnya UKT ini bikin beban berat buat mahasiswa.
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, juga ikut bersuara. Dia bilang protes mahasiswa ini harus diambil serius. Kampus harus transparan soal unit cost yang nentuin besaran UKT dan klasifikasi golongan UKT mahasiswa. Dan Kemendikbud Ristek juga harus tegas nolak usulan UKT yang terlalu memberatkan mahasiswa. “Maraknya protes mahasiswa terhadap besaran UKT yang ditetapkan kampus harus direspons serius. Pihak kampus harus berani menyampaikan secara terbuka unit cost penentu besaran UKT dan klasifikasi penentu golongan UKT mahasiswa kepada publik. Kemendikbudristek pun harus berani memveto usulan besaran UKT yang diajukan PTN jika dinilai memberatkan mahasiswa,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam keterangannya, dikutip tempo, Sabtu, 4 Mei 2024.
Mahasiswa UGM yang gabung dalam Forum Advokasi UGM bahkan ngadain aksi buat ungkapin keberatan mereka. Dari hasil jajak pendapat, 70 persen mahasiswa UGM ngerasa keberatan bayar UKT. Syaiful Huda bilang, emang PTN dan PTN-BH punya hak untuk naikin UKT, tapi nggak boleh seenaknya. Ada aturan yang harus diikutin sebelum nentuin kenaikan UKT. Dia juga bilang, penentuan UKT harus pertimbangin keterjangkauan biaya pendidikan buat semua orang.
Indikator-indikator kayak tingkat pendidikan, bidang studi, lokasi kampus, dan fasilitas pendidikan harus dipertimbangin sebelum nentuin UKT. Jadi, kenaikan UKT harus wajar dan nggak boleh bikin repot mahasiswa. Semoga aja, nih protes bisa didengarin sama pihak kampus.