Liga 1 Belum Jelas Kelanjutannya, Ini Tanggapan Masyarakat
Kamis, 01 Desember 2022 04:21
Reporter : Hartifiany Praisra
Ilustrasi Liga 1 di Indonesia dihentikan dampak dari tragedi Kanjuruhan.
BANDUNG -- Tanggal 2 Oktober 2022 menjadi salah satu momen terkelam di sepak bola Indonesia. Di hari tersebut, terjadi kerusuhan pascalaga yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Dalam insiden tersebut, per 13 Oktober 2022, diketahui menimbulkan korban sebanyak 754 orang. 132 orang tercatat meninggal dunia, 596 luka ringan dan sedang, sementara 26 lainnya luka berat.
Akibat tragedi ini, PT Liga Indonesia Baru (LIB) menunda kompetisi Liga 1 yang kala itu sedang berjalan.
Setelah sekian lama tertunda, angin segar mengenai keberlangsungan kompetisi pun mulai muncul. Santer terdengar kabar bahwa Liga 1 bakal direncanakan kembali pada awal Desember 2022.
Akan tetapi, hal ini pun kembali batal, sehingga Liga 1 masih akan ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.
Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus, menyatakan bahwa hingga kini pihaknya belum bisa memastikan kapan kelanjutan Liga 1 bisa dilaksanakan.
"Jadi, kami belum bisa bicara kepastian kelanjutan Liga 1. Seperti pada 2 Desember 2022, 3 Desember 2022, atau seterusnya," ujarnya sebagaimana dilansir di Antara.
Menurutnya, masih ada berbagai tahapan verifikasi yang perlu dilalui sebelum kompetisi terbesar se-Indonesia itu bisa diadakan lagi. Terlebih, ada beberapa stadion untuk tempat berlangsungnya sisa pertandingan, belum disurvey.
Tentu saja, hal ini menuai beragam komentar dari masyarakat. Terutama bagi para pecinta sepak bola yang telah menanti Liga 1 kembali diadakan.
Seperti yang dirasakan oleh Fajar Ramadhan, seorang warga Bandung yang berprofesi sebagai driver ojek daring. Dia merasa kecewa mengenai penyelenggaraan Liga 1 yang masih belum jelas hingga sekarang.
"Ya tanggapannya kecewa, karena masih belum ada kejelasan yang pasti Liga 1 mau dimulai lagi. Tapi ya kalau bisa selesaikan dulu aja kasus yang kemarin soalnya kan belum jelas perkembangannya," ujarnya saat ditemui Rabu, 30 November 2022.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Saepudin yang seorang supir pribadi. Dia pun mengaku kecewa jadwal Liga 1 yang kembali diundur. Bahkan dia menyatakan bahwa ditundanya lagi jadwal Liga 1 bisa berpengaruh pada kondisi tim serta pemain dari berbagai klub sepak bola yang ada di Indonesia.
"Kecewa lah, kalau masalah Kanjuruhan seharusnya jangan sampai berlarut-larut ditundanya. Liga harus tetap jalan, soalnya imbasnya ke semua termasuk pemain, klub jadi imbasnya ke ekonomi juga. Kan kasian pemain juga lama enggak main," ucap Saepudin.
Di sisi lain, ada juga seorang pedagang warung nasi yakni, Idil, yang juga merupakan pecinta sepak bola, yang bahkan mengaku dirinya berhenti berlangganan koran. Sebab, tidak ada lagi berita yang ditunggunya setelah Liga 1 dihentikan pascakejadian Kanjuruhan. Apalagi kalau bukan mengenai sepak bola.
"Kecewa seharusnya bergulir, sudah kangen sama Liga 1. Ingin cepat diadakan lagi. Karena enggak ada berita tentang liga, jadi saya enggak beli koran dulu," katanya.
Reaksi masyarakat mengenai diundurnya Liga 1 ini memang beragam. Ada juga yang menyayangkan hal tersebut, pasalnya dapat berpengaruh ke pemain Timnas yang nantinya akan bermain di Piala AFF pada Desember mendatang. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga bernama Irsyad Nugraha.
"Kejadian Liga ditunda karena Kanjuruhan ini sangat berpengaruh pada fisik pemain. Apalagi untuk pemain Timnas yang seharusnya bermain di gelaran AFF mendatang," ucap Irsyad.
Rasa kecewa memang tidak bisa dipungkiri terjadi bagi para pecinta sepak bola. Sebagian dari mereka, menilai dengan semakin diundurnya Liga 1 menjadi sebuah pekerjaan besar bagi PT LIB. Sebagaimana juga yang telah diungkapkan oleh salah seorang suporter sepak bola di Indonesia yakni, Raul Dimas.
"Menurut saya Liga 1 Indonesia itu sangat bobrok, dengan adannya diundur-undur lagi. Bingung juga kenapa harus diundur? Oke kemarin-kemarin masih berduka tapi harus apalagi, unsur apalagi yang harus diundur? Kita kan berduka boleh tetapi enggak begitu juga," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dimas membandingkan kondisi Liga 1 dengan kompetisi di negara-negara tetangga seperti Malaysia maupun Singapura. Dirinya khawatir, jika Liga 1 tetap diundur, maka persepak bolaan Indonesia dapat mengalami kemunduran dalam kualitasnya.
Tak hanya itu, masyarakat pun menyayangkan mengenai sistem bubble atau tanpa penonton yang akan dijalankan pada sisa laga di Liga 1 jika nanti dilaksanakan kembali. Menurut seorang warga yakni, Arif SM, sistem bubble ini bisa merugikan tim, sebab dukungan penuh dari suporter yang hadir sangat berpengaruh pada performa dari sebuah kesebelasan.
"Isu bubble itu membuat suporter jadi enggak karuan. Jadi ganjalan juga untuk tim. Pokoknya efek dari tragedi Kanjuruhan ini benar-benar merugikan," ujar Arif.