Laboratorium Narkoba di Bali Pakai Teknologi Canggih, Pemasarannya Memanfaatkan Bot Hingga Crypto
Rabu, 15 Mei 2024 16:34
Reporter : Tim Digo.id
Ilustrasi laboratorium narkoba di Bali terungkap/Digo.id
Jakarta, DigoID-Tim gabungan Bea Cukai dan Polri lagi-lagi berhasil bongkar laboratorium narkotika ilegal (clandestine lab) di Bali. Keberhasilan ini nggak lepas dari pengembangan kasus clandestine lab di Sunter, Jakarta Utara, yang terhubung sama jaringan Fredy Pratama pada April 2024.
Menurut Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar, mereka dapet info penting soal pengiriman peralatan dan bahan-bahan kimia ke Bali. Jadi, tim gabungan Bea Cukai dan Bareskrim Polri langsung lakukan joint analysis dan nggak butuh waktu lama buat bergerak.
Hasil dari operasi gabungan ini, mereka gerebek sebuah villa di Bali yang dicurigai jadi tempat pembuatan narkoba. Dan bener aja, di sana mereka nemuin banyak barang bukti. Ada alat cetak ekstasi, ganja hidroponik, peralatan lab clandestine, plus berbagai jenis bahan kimia prekursor buat bikin narkoba jenis Mephedrone.
Jumlah barang bukti yang disita juga nggak main-main, ada 8.788 gram ganja, 10 batang ganja, 6.000 gram sabu, 108 gram kokain, 484 gram hashish, 247 gram mephedrone, dan berbagai jenis prekursor kimia sebanyak 1.522.425 gram.
Mereka juga berhasil nangkep empat orang tersangka, yang terdiri dari tiga Warga Negara Asing (WNA) dan satu Warga Negara Indonesia (WNI). Jadi, jelas banget kalau tim gabungan Bea Cukai dan Polri nggak main-main dalam memberantas narkoba. Keberhasilan mereka ini jadi bukti nyata kalau mereka serius banget dalam menangani kasus-kasus narkotika di Indonesia.
Hasil Pengembangan Kasus Clandestine Lab di Sunter
Berdasarkan hasil pengembangan kasus clandestine lab di Sunter, Encep mengungkapkan bahwa tim gabungan Bea Cukai dan Polri telah berhasil mengidentifikasi satu orang daftar pencarian orang (DPO) berinisial D. Dia ini adalah salah satu kaki tangan dari bandar narkoba terkenal, Fredy Pratama, yang kabur ke Bali. "Dari hasil penyelidikan, tim gabungan berhasil menangkap tersangka D di rumah kosnya di Kota Denpasar. Saat penangkapan itu, tim juga berhasil menyita narkotika jenis sabu sebanyak 6 kg yang disimpan dalam sebuah koper hitam," ungkap Encep seperti dikutip dari Kompas, Rabu, 15 Mei 2024.
Dari pengungkapan kasus ini, Bea Cukai dan Polri berhasil menyelamatkan 1.869.716 jiwa dari potensi terpapar narkotika. Gak cuma itu, Encep juga menyebut bahwa penghematan keuangan negara akibat biaya rehabilitasi bisa mencapai sekitar Rp 2,9 triliun. Ini angka yang luar biasa besar dan menunjukkan betapa seriusnya dampak positif dari operasi ini.
"Sinergi dan kolaborasi pengungkapan kasus antar instansi penegak hukum, baik BNN, Polri, TNI, maupun jajaran dibawahnya akan terus kami tingkatkan sebagai wujud continuous improvement Bea Cukai. Ini semua adalah upaya mitigasi risiko peningkatan ancaman penyelundupan narkotika ke wilayah Indonesia," jelasnya.
Alat dan Bahannya Import Dari LN?
Selain itu, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Pol Mukti Juharsa, ngungkapin soal bahan dan peralatan laboratorium pembuatan narkoba yang dikendalikan sama warga negara asing di Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali. Ternyata, barang-barang itu berasal dari luar negeri. Mukti cerita kalau bahan dan peralatan buat laboratorium narkoba itu dipesan dari China lewat toko daring kayak Alibaba dan Ali Express. Jadi, mereka nggak main-main soal impor barang.
Nggak cuma itu, bibit ganja yang dipakai di laboratorium itu juga dikirim dari Rumania, sedangkan peralatan lainnya dibeli lewat toko daring di Indonesia. Jadi, mereka benar-benar memanfaatkan teknologi dan pasar global buat jalankan bisnis ilegal mereka.
Mukti Juharsa juga bilang kalau pabrik narkoba ini punya keterkaitan sama jaringan bandar narkoba Freddy Pratama. Mereka menggunakan sistem kerja penanaman ganja hidroponik yang udah modern dan sistematis banget.
"Penanamannya udah di-setting sedemikian rupa, ada lampu ultraviolet, alat pengukur pH, pemberian air, oksigen, serta pupuk secara otomatis dan teratur. Jadi, bunga ganja yang dihasilkan kualitasnya sangat baik," katanya dikutip dari Antara, Rabu, 15 Mei 2024.
Teknologi Yang Dipakai Sangat Canggih!
Gimana nggak, teknologi yang dipakai bener-bener canggih. Mulai dari settingan lampu UV sampai pengukuran pH, semuanya otomatis dan teratur. Bunga ganja yang dihasilkan pun punya kualitas yang top banget. Ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam bisnis ilegal ini, dengan menggabungkan teknologi canggih dan sistem kerja yang rapi.
Begitu pula sistem kerja buat produksi mephedrone juga udah super sistematis. Mereka mencampur bahan-bahan kimia pakai alat pengukur pH dan adonannya dimasukin ke alat reverse cooler mix biar produknya jadi kental. Mukti Juharsa jelasin kalau bahan-bahan itu dicampur lagi dengan bahan kimia lainnya, disaring, terus dicuci pakai aseton sampai kering. Hasil akhirnya jadi mephedrone tanpa perlu dicetak pakai mesin kayak ekstasi.
Modus Operasi Pemasarannya Bagaimana?
Modus operandi pemasaran barang haram ini juga nggak kalah canggih. Mereka pakai jaringan Hydra Indonesia yang beroperasi di darknet forum 2 roads.cc buat jual ganja hidroponik dan mephedrone. Penjualannya lewat aplikasi telegram bot. Beberapa grup telegram yang mereka gunakan antara lain bali hydra bot, cannashop robot, bali cristal bot, hydra indonesia manager, dan mentor cannashop.
Mukti juga beberin kalau jaringan Hydra ini udah menyebar di Indonesia, khususnya Bali. Kode-kodenya bisa ditemukan di tembok-tembok yang dicat pakai semprot (pilox). Yang lebih menarik, transaksi dari pemesan dilakukan pakai uang elektronik Bitcoin. Jadi, mereka bener-bener memanfaatkan teknologi digital buat jalankan bisnis ilegal mereka.
Ini nunjukin betapa liciknya jaringan narkoba ini dalam manfaatin teknologi canggih buat aktivitas haram mereka. Dari mulai produksi yang teratur dan modern, sampai pemasaran lewat darknet dan telegram bot, semuanya dilakuin dengan sangat rapi dan terorganisir.