Kontroversi Tren Film Non-fiksi Dari Cerita Tragis, Setelah Vina Terbitlah Laura?
Selasa, 28 Mei 2024 17:23
Reporter : Tim Digo.id
Ilustrasi Film ini berjudul "A True Story of A Fighter"/Digo.id
Jakarta, DigoID-Film "Vina: Sebelum 7 Hari" berhasil bikin heboh nih, guys. Setelah dirilis, film ini jadi perdebatan panjang di kalangan netizen, bikin teori konspirasi bertebaran di media sosial. Ada yang nonton dan ikut nyari tahu, ada juga yang cuma denger-denger doang tapi tetap ikut komentar.
Kasus film ini bikin kita jadi kepo banget, gimana sih sebenernya aturan main buat film di Indonesia? Buat cari tahu, bersumber dari detikpop, Selasa, 28 Mei 2024, Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardianto ngasih beberapa penjelasan nih.
Rommy bilang, LSF nggak ngatur soal pembuatan film, entah itu true event atau true story. Berdasarkan Permendikbud, cuma ada dua jenis film aja: film cerita dan non cerita. Film cerita itu yang ada ceritanya, sedangkan non cerita lebih ke informasi.
Film “Vina: Sebelum 7 Hari”, Fiksi atau Non-fiksi?
Menurut Rommy, "Dua kategori film tersebut dalam penilaian LSF melepaskan diri dari apakah film itu fiksi dan non-fiksi. Soal film Vina, LSF menilai film tersebut masuk kategori non-fiksi di mana si pembuatnya menjadikan film tersebut berdasarkan kejadian dalam dunia nyata."
Rommy juga jelasin, pembuat film punya kebebasan buat berkarya, tapi tetap harus tanggung jawab setelah dapat Surat Tanda Lulus Sensor (STLS). Ada beberapa kategori kekerasan yang diatur dalam film, misalnya adegan tawuran, pengeroyokan, penyiksaan, sampai mutilasi.
Tapi, LSF masih kasih kebebasan buat sineas buat sekreatif mungkin. "Yang penting harus kreatif dalam merekam adegan. Misalnya, di Permendikbud 14/2019 disebutkan yang mengandung unsur pornografi apabila menampakkan unsur ketelanjangan. Nah, apabila pengadeganan bagus dan kreatif, tanpa memamerkan alat vital secara vulgar, maka itu diserahkan kepada sineasnya," tambah Rommy.
Nah, Film "Vina: Sebelum 7 Hari" udah sukses besar, yang nonton film ini udah lebih dari 5 juta pasang mata. "Sampai sore ini sudah 5.000.000++ orang mendoakan Vina," tulis akun Instagram @deecompany_official. Dengan estimasi pendapatan sekitar Rp67 miliar, rumah produksi film ini terbilang untung besar. Keren gak tuh?
Kemunculan Trailer Film "Laura"
Kesuksesan ini bikin banyak produser film jadi tergoda. Salah satunya, produser film Laura, Manoj Punjabi, yang merilis trailer di momen yang pas. Film ini tentang kisah nyata mendiang Laura Anna, dari sudut pandang keluarganya, bakal tayang di bioskop 12 September 2024. Bersumber dari Media Indonesia, Selasa, 28 Mei 2024, Manoj bilang, "Tayang perdana 12 September 2024 bertepatan ulang tahunnya juga 20 September ya. Jadi momen yang tepat kami merayakan, kami mengenang Laura."
Film ini berjudul "A True Story of A Fighter", mengangkat cerita Laura yang mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan mobil bersama pacarnya, Gaga Muhammad. Menariknya, beberapa nama karakter nyata nggak ada di film, kayak Jojo yang diperankan Kevin Ardilova. Manoj bilang, mereka ingin tetap fokus pada sudut pandang keluarga Laura.
Penulis skrip film Laura, Alim Sudio, bekerja sama dengan Manoj dan sutradara Hanung Bramantyo buat nyusun cerita yang menarik dan seru. Manoj berharap film ini bisa menyampaikan nilai moral dari kejadian itu dengan baik, biar bisa jadi pelajaran buat penonton.
Warganet: Lagi Tren Banget?
Ketika trailer film ini muncul di media sosial, warganet langsung ramai berdiskusi dan ngebandingin sama film "Vina: Sebelum 7 Hari". Banyak yang bilang mending nonton film Laura dibanding Vina. Tapi, ada juga yang kritik. “Lagi rame orang mati dijadiin film, btw ko ga ada yang buat film tentang Munir/Marsinah?” tulis akun @Nabi_Urban.
Ada juga yang merasa film Laura ini sedikit dipaksakan. “Sorry tp menurut gue ini ga cocok sih buat dijadiin film, selain gak semua org kenal dia juga gak ada sejarah yg harus dikenang? apalagi penyebabnya abis dugem, kaya apa yg harus diambil dr ni film? Plis lah makin kesini film indo makin ga jelas aja,” tulis akun @jinjeanjwan.
Banyak juga yang berspekulasi kalau tren bikin film dari orang yang udah meninggal cuma buat ngejar keuntungan komersial. Apalagi ngeliat kesuksesan film "Vina: Sebelum 7 Hari". Nah, gimana menurut kalian? Film-film adaptasi kisah nyata ini memang layak buat diangkat ke layar lebar atau cuma cari keuntungan doang? Let's discuss!