Kemenkeu Sebut Ekonom RI Alami Kemajuan
Selasa, 22 November 2022 21:36
Reporter : Antara
Ilustrasi uang rupiah.
JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Regional Titik Anas menyatakan perekonomian Indonesia sudah mengalami kemajuan dari keterpurukan akibat krisis pandemi COVID-19. Namun perlu percepatan untuk pemulihan dan perbaikannya.
"Kita sudah membuat kemajuan meski masih perlu dipercepat," kata Titik Anas, Selasa 22 November 2022.
Titik mengatakan percepatan pemulihan dan perbaikan ekonomi ini harus dilakukan jika masyarakat ingin mewujudkan Visi Indonesia 2045 yaitu menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Sejauh ini fundamental ekonomi Indonesia sendiri tetap kokoh dan kuat sehingga mampu memberikan landasan untuk menghadapi berbagai krisis global seperti tekanan geopolitik maupun peningkatan inflasi.
Hal itu terbukti dari pertumbuhan PDB Indonesia yang terus berkembang pesat tahun ini yaitu tumbuh sebesar 5 persen di kuartal I, 5,4 persen di kuartal II dan 5,7 persen di kuartal III.
Pemulihan ekonomi yang kuat itu terutama didukung oleh permintaan domestik, pertumbuhan ekspor yang solid, penanganan pandemi yang efektif dan berbagai dukungan kebijakan.
Pemerintah memberi dukungan kebijakan untuk mendukung dari sisi permintaan yaitu daya beli masyarakat melalui bantuan sosial dan subsidi maupun dukungan sisi penawaran seperti keringanan pajak untuk perusahaan.
Beberapa subsidi dan dukungan pembiayaan juga berperan penting dalam meredam dampak serta meningkatkan aktivitas perekonomian Indonesia pascapandemi.
Bahkan kegiatan ekonomi yang menguat juga telah memperbaiki pasar tenaga kerja yaitu tingkat pengangguran turun dari 6,49 persen pada Agustus 2021 menjadi 5,86 persen pada Oktober 2022.
Perdagangan internasional Indonesia pun terus menguat pada Oktober 2022 yakni neraca perdagangan mencatat surplus 5,67 miliar dolar AS.
Untuk ekspor Indonesia tumbuh sebesar 12,3 persen sedangkan impor meningkat sebesar 70 persen.
"Impor tidak buruk dan ekspor juga tidak buruk karena ada kebutuhan barang dan jasa di setiap negara dan negara tersebut memiliki sumber daya yang terbatas," kata Titik. (ant)