Kata Sosiolog Tentang Gaya Hidup Mewah: Sudah Lama Jadi Budaya di Medsos
Minggu, 26 Februari 2023 15:23
Reporter : Nadiana Tsamratul Fuadah
Ilustrasi gaya hidup mewah.
BANDUNG -- Nama Mario Dandy Satrio tengah ramai diperbincangkan oleh publik usai melakukan penganiayaan terhadap putra pengurus pusat GP Ansor, David. Namanya melejit bukan hanya karena penganiayaan tersebut, namun juga karena gaya hidup mewah yang ia lakukan.
Warganet kini banyak memperbincangkan gaya hidup kelas atas Mario Dandy yang gemar memperlihatkan kendaraan mewahnya. Sebut saja ketika dia naik motor gede (moge) serta mobil mewah Rubicon.
Sosiolog Universitas Padjajaran, Hery Wibowo menyebut sebenarnya pamer kemewahan ini telah membudaya sehari-hari di media sosial. Akan tetapi hal ini lama kelamaan sudah dianggap jamak dan wajar.
"Tiada hari tanpa pamer kekayaan, perjalanan, kulineran, pencapaian, keuangan dan lain-lain. Hal ini lama kelamaan sudah dianggap jamak dan wajar," kata Hery kepada digo.id belum lama ini.
Menurutnya, kekayaan dan harta tidak harus dipamerkan karena dapat menimbulkan 'over superior' yang berpotensi memunculkan arogansi berlebihan.
Dilihat dari sisi sosiologis, masyarakat memang terdiri dari banyak lapisan. Di Indonesia sendiri golongan yang memiliki banyak sumber daya disebut golongan elit. Maka sebuah kewajaran jika golongan elit ini mendapat sorotan.
"Adalah sebuah kewajaran, ketika golongan elit ini banyak mendapatkan sorotan. Salah satu sebabnya adalah karena mereka sendiri memviralkan keelitan mereka, agar menjadi sorotan," kata Hery.
Hal itu yang membuat efek psikologis bagi ragam lapisan di bawahnya yang kemudian mengakibatkan masyarakat jadi berlomba-lomba melakukan mobilitas sosial. Supaya mencapai status sosial yang lebih tinggi lagi.
Bukan cuma itu, Hery juga menyatakan bahwa media sosial yang sudah akrab dengan kehidupan kita jadi membangun pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan kita mengenai perilaku pamer-pameran ini.
Selain itu, media sosial kini dijadikan ruang pemuas nafsu untuk dipuji, dianggap hebat, dianggap sukses, dianggap sejahtera dan lain-lain.
Menurutnya perlu adanya sebuah tindakan preventif untuk mencegah dampak buruk di media sosial.
"Kesadaran bersama untuk menghasilkan langkah preventif pencegah dampak buruk media sosial, dan himbauan untuk bijak bermedia sosial," ucapnya.
Hery juga mengimbau masyarakat untuk bijak berilmu sebelum bertindak agar tidak menyiratkan superioritas yang tidak pada tempatnya.
"Bijak berilmu sebelum bertindak. Sehingga mampu memilih perilaku yang tidak menyakiti rasa keadilan, dan tidak menyiratkan superoritas yang tidak pada tempatnya," tutup Hery.