BANDUNG -- Buat perempuan, menghadapi segala sesuatu di tempat kerja bisa jadi sebuah tantangan. Bukan cuma soal pekerjaannya saja, tapi ada beberapa keluhan yang dapat terjadi.

Tidak bisa dipungkiri, salah satu risiko yang mungkin terjadi pada kaum hawa di tempat kerja adalah ketika payudara yang kamu miliki menjadi perhatian. Namun dalam konotasi yang kurang baik.

Hal tersebut tentu saja tidak diinginkan bukan?

Salah seorang penulis, Anna Marie Houlis menuliskan tentang bagaimana ukuran payudaranya malah menjadi sebuah "ancaman" pada karirnya. Ia menceritakan kepada HuffPost bahwa ia merasa benar-benar malu ketika seorang wartawan pria pernah mengatakan padanya bahwa ia terlihat 'nakal' dengan gaun yang ia kenakan. 

Menurut Anne, hal ini sungguh mengganggu. Dia pun menegaskan bahwa tidak ada hubungannya "memamerkan" payudaranya untuk mencapai karir yang diinginkannya.

Mungkin kondisi seperti ini juga pernah ditemukan di lingkungan kerja sehari-hari. Meski wanita telah menggunakan pakaian yang sopan dan tertutup. Tapi karena ukuran dadanya yang besar, hal ini tetap menjadi sebuah "pusat perhatian" bagi rekan kerja laki-laki.

"Saya memiliki payudara DDD, tidak peduli apa yang saya kenakan, itu tetap terlihat jelas. Apapun yang saya kenakan itu bukan ajakan atau strategi dalam mendaki karier saya. Itu hanya bola dari jaringan lemak yang menempel di dadaku, setiap hari, suka atau tidak suka. Sejujurnya, saya mencintai bentuk payudara saya," kata Anne.

Lalu, gimana ketika kamu memergoki seorang rekan kerja sedang menatap payudaramu? Jangan anggap hal tersebut pantas. Ungkapkan saja bahwa hal tersebut tidak sopan dan tak seharusnya dilakukan.

Meski begitu, beberapa pakar karir mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengungkapkan ketidaknyamanan akibat kondisi ini. Sebaiknya kamu mencari tahu dulu kapan momennya buat melaporkan atau mencari bantuan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan sebenarnya dengan tidak langsung menunjukkan kalau kamu tersinggung akan hal tesebut.

Pendiri C-Track Training, Lawrese Brown mendapatkan beberapa wanita ketika memergoki rekan kerja sedang menatap payudaranya. Hal ini sebenarnya merupakan situasi yang sulit untuk bagaimana mengatasinya.

Akan tetapi, jika langsung terang-terangan menegur. Maka orang tersebut bisa saja malah memperlihatkan respons defensif dan tidak mau mengakui perbuatannya.

Biar tidak salah strategi, kamu bisa mengungkapkan bahwa selama ini telah mengetahui bagaimana gerak-geriknya.

"Strategi tidak langsungnya adalah menarik perhatian orang tersebut dengan menyatakan pengamatan, seperti “Saya perhatikan ketika kita berbicara, kamu melihat ke bawah alih-alih menatap mata saya. Apa alasannya?”," kata Brown.

Kemudian menurut pendiri Scarlet Communications, Jacqueline M. Baker, juga punya trik tersendiri buat menanggapi rekan kerja yang "usil" ini. Caranya adalah dengan menanyakan apakah ada sesuatu di baju yang kamu kenakan. Bisa dibilang metode ini merupakan cara komunikasi yang lebih halus.

Jika masih terus saja menatap, bisa tanyakan dengan kalimat "Saya melihat kamu terus melihat ke bawah. Apakah ada sesuatu yang saya lewatkan di sini, di area baju saya?"

Menurut Pendiri situs web Ask Manager, Alison Green, gerakan lengan juga bisa menjadi alternatif lain buat mengatasi kondisi ini. Ia mengatakan ia sering menatap dengan tajam lawan bicaranya kemudian melipat tangannya.

“Saya kadang-kadang dengan tajam menyilangkan tangan di depan dada,  mengungkapkan masalah tanpa secara eksplisit menyebutkannya, dan biasanya mereka mengerti maksudnya. Jika mereka malu setelahnya, biarlah. Terkadang rasa malu adalah cara orang belajar,” kata Green.

Jika dirasa sudah keterlaluan, maka tidak ada salahnya juga buat menegur secara frontal. Terlebih apabila wanita sudah merasa tidak nyaman. Langsung saja berterus terang dengan mengatakan, "Cara kamu memandang saya membuat saya merasa tidak nyaman. Saya akan menghargai jika kamu melihat mata saya dan bukan bagian lain dari tubuh saya.”

Lalu menurut Gianna Driver yang merupakan chief human resources officer di Exabeam, dia menyarankan kalau kasus ini bisa dibahas bersama dengan HRD atau melaporkannya kepada atasan.

"Jangan ragu untuk melaporkan, karena apabila tidak merasa nyaman juga termasuk ke dalam masalah yang harus ditangani manajer atau HRD. Dalam kasus seperti itu, sangat tepat untuk pergi ke HR, sehingga kamu dapat melaporkan masalah tersebut dan tim HR dapat menangani keluhanmu sambil menjaga anonimitas," kata Driver.

Driver menyarakan dalam perbincangan bersama HRD, berterus teranglah dengan kejadian yang terjadi. Setelah dilaporkan ke HRD, nantinya perusahaan mempunyai kewajiban hukum untuk melindungi pekerja perempuan dan menindak serius pelaku yang membuat kondisi menjadi tidak nyaman.

Di sisi lain, Annie Marie Houlis, menegaskan bahwa setiap wanita memiliki hak untuk membela dirinya. Termasuk ketika mendapatkan "tatapan" yang tidak nyaman.

“Jika itu berarti melaporkannya, saya harap kamu memilih untuk melakukannya. Tetapi kamu tidak perlu mengenakan jubah untuk menghancurkan patriarki jika kamu memiliki kekhawatiran yang sangat valid tentang bagaimana hal itu dapat memengaruhi karier kamu,” kata Houlis. 

Selain itu, ia juga menuturkan bahwa para wanita bisa mengetahui apapun yang tepat untuk mereka lakukan, termasuk dalam hal yang berhubungan dengan pekerjaannya.

"Saya, secara pribadi, sekarang memilih untuk menjadi vokal. Tetapi kamu tidak perlu melakukan apa pun kecuali apa yang kamu tahu tepat untukmu," tutup Houlis.