Biografi KGPAA Paku Alam VIII, Pahlawan Nasional dari DIY
Jumat, 11 November 2022 02:11
Reporter : Rubby Jovan Primananda
Dok. jogjaprov.id
YOGYAKARTA -- Presiden Jokowi baru-baru ini resmi memberikan anugerah gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh yang dinilai berjasa bagi NKRI. Salah satu di antaranya adalah KGPAA Paku Alam VIII.
Sri Paduka Paku Alam VIII lahir di Yogyakarta, pada 10 April 1910. Dia terlahir dengan nama Bendara Raden Mas Harya Sularso Kunto Suratno. Semasa hidupnya, dia telah memberikan banyak sumbangsih terhadap Indonesia.
Dia telah banyak banyak terlibat dalam perjuangan bangsa Indonesia sejak masa pendudukan Jepang, revolusi kemerdekaan hingga reformasi. Termasuk pula mengembangkan seni olahraga di DIY.
Tak hanya sebagai pemimpin, Sri Paduka PA VIII pun memiliki komitmen yang tinggi untuk kecerdasan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah memajukan pendidikan bagi rakyat di Kadipaten Pakualaman, Kulon Progo, DIY, dengan memberantas buta huruf.
Dikutip dari laman resmi Humas DIY, pengabdian PA VIII dalam bidang pendidikan, khususnya di Yogyakarta memang tidak main-main. Hal tersebut dibuktikan melalui berdirinya perguruan tinggi seperti UGM, UNY, dan IAIN. Selain itu, juga mendirikan Sekolah Rakyat yang saat ini bernama SD Puro Pakualaman dan SMP Puro Pakualaman.
Pada 20 Mei 1998, semasa pemerintahan Paku Alam VII, yakni saat menjabat sebagai Pj. Gubernur, PA VIII bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan maklumat untuk mendukung reformasi damai untuk Indonesia.
Di masa mudanya dia menempuh pendidikan di Europesche Lagere School Yogyakarta, Christelijk MULO Yogyakarta. Kemudian AMS B Yogyakarta dan Rechtshoogeschool te Batavia.
KGPAA Paku Alam VIII merupakan Raja Paku Alam yang bertahta dari tahun 1937 hingga 1989.
Dia juga merupakan Wakil Gubernur terlama, yakni dengan masa bakti 1945-1988. PA VIII pun menjadi Pelaksana tugas Gubernur terlama pada medio 1988-1998 serta Pangeran Pakualaman sejak tahun 1937-1998.
Latar belakang pengajuan gelar pahlawan nasional bagi PA VIII ini didasarkan pada jasa-jasa beliau di masa lalu. Selain turut berjuang melawan penjajah, PA VIII sebagai Adipati Pakualaman juga turut membantu Pemerintah Republik Indonesia saat ibukota negara pindah ke Yogyakarta.