Banjir Lahar di Sumatera Barat Menewaskan 41 Orang, Efek Eksploitasi Alam Yang Tak Terkendali
Senin, 13 Mei 2024 16:34
Reporter : Tim Digo.id

ilustrasi banjir lahar dingin di sekitar Gunung Marapi, Sumatera Barat/Digo.id
Jakarta, DigoID-Banjir bandang lahar dingin tiba-tiba menerjang sejumlah wilayah di Sumatera Barat sejak Sabtu, 11 Mei 2024 malam. Kabupaten-kabupaten yang paling parah terdampak banjir ini adalah Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman. Nggak tanggung-tanggung, guys, dampaknya emang serius banget!
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai Senin, 13 Mei 2024, sudah ada 41 korban meninggal dunia dan 17 orang lainnya masih hilang. Ini bikin kita semua bersedih dan berdoa semoga yang masih hilang segera ditemukan dan yang terluka segera mendapat pertolongan.
Penyebab Banjir Lahar di Sumatera Barat
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, juga udah ngasih penjelasan tentang kejadian tragis ini. Katanya, banjir bandang itu terjadi dari aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi. "Lahar hujan terjadi karena endapan material hasil erupsi gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," katanya dalam konferensi pers seperti dilansir dari Kompas.com, Senin, 13 Mei 2024.
Katanya banjir bandang ini terjadi gara-gara air hujan yang nyebelin banget itu tertahan sama endapan vulkanik di hulu sungai, jadi nggak bisa mengalir ke hilir. Ini bikin kita liat lagi pentingnya untuk selalu waspada terhadap potensi bencana alam, guys. Kita nggak bisa meremehkan kekuatan alam yang kadang-kadang bisa bikin kita kaget dan sedih.
Nah, akumulasi air hujan yang terlalu banyak itu bikin endapan vulkanik di lereng Gunung Marapi jebol, guys. Dan material vulkanik yang berupa campuran pasir, batu, dan kerikil itu terbawa banjir. Nah, selain banjir lahar hujan, dia juga bilang kalo beberapa daerah di Sumatera Barat juga mengalami longsor. Bencana ini karena runtuhan batuan vulkanik, bro!
Dwikorita tegas banget ngomongin ini. Dia bilang kalo semuanya ini dipicu sama hujan yang intensitasnya lebat. Hujan lebat ini bener-bener bikin segalanya jadi lebih parah. Dia bilang kalo hujan lebat ini mulai melanda Sumatera Barat pada 8 Mei 2024 karena ada sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang bawa uap air pembentuk awan hujan dengan intensif.
BMKG juga udah keluarin peringatan dini cuaca tentang hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang yang mulai melanda pada 11 Mei 2024. Dwikorita juga bilang kalo ini semua dipengaruhi sama gempa-gempa kecil yang meretakkan dan meruntuhkan batuan di banyak tempat di Sumatera Barat.
Dan nggak cuma sampai situ, guys! BMKG memperkirakan kalo hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bakal masih berlangsung di Sumatera Barat sampai tanggal 22 Mei 2024. Jadi, kita harus tetep waspada dan pantau peringatan dini yang dikeluarkan BMKG setiap hari, ya! Kita semua harus saling bantu dan dukung, guys, dalam menghadapi bencana ini.
Jadi Yang Paling Parah, Ternyata Ini Bukan Kali Pertama!
Dalam enam bulan terakhir, Sumatera Barat udah beberapa kali kena banjir bandang dan lahar dari Gunung Marapi. Beneran bikin ngeri, ya!
Inget ga, pada 5 Desember 2023, cuma dua hari setelah Gunung Marapi erupsi dan bikin 24 orang meninggal, banjir bandang dan lahar langsung melanda Kabupaten Tanah Datar. Nah, pas itu, banjir lahar juga sampe nyampe ke pemandian air panas di Nagari Pariangan, masjid dan rumah warga di Nagari Batubasa, dan bikin jembatan rusak di Nagari Baringin. Kaya lagi ajaib, ya, guys!
Terus, pada 23 Februari 2024, banjir bandang lagi menerjang Nagari Barulak, juga di Kabupaten Tanah Datar. Ini bikin 27 rumah, dua musala, lima jembatan, dan puluhan hektare lahan pertanian kena dampaknya. Bener-bener bikin miris, ya!
Terakhir bulan lalu, tepatnya pada 5 April 2024, dua hari setelah Gunung Marapi erupsi lagi sampe abu vulkanisnya nyampe ketinggian 1,5 kilometer, banjir lahar dingin melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Agam dan Tanah Datar. Akibatnya, 61 rumah, 38 tempat usaha, dan 16,5 hektare lahan sawah di Kabupaten Agam rusak parah. Jalan Padang-Bukittinggi di Kabupaten Tanah Datar juga sempet ditutup total karena luapan air dan material lain dari sungai di bawah jalan yang tersumbat.
Efek Eksploitasi Alam Yang Tak Terkendali
Wengki Purwanto, yang jadi Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat, tuh ngomong, yang lagi kejadian di Sumatra Barat itu bencana ekologis parah, guys! Dia bilang, masalah banjir bandang dan lahar yang terus menerus itu semakin parah gara-gara eksploitasi sumber daya alam yang gak terkendali dan pembangunan yang gak ada mitigasinya.
Gimana gak parah, ya? Contohnya ada pembalakan dan pembukaan lahan buat perkebunan kelapa sawit yang kebanyakan di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan juga ada penambangan emas di kawasan yang jadi penyangga TNKS. Ini udah jadi masalah lama, guys, setiap tahunnya bencana berulang, bahkan makin sering dan makin dekat jaraknya antara satu bencana dengan yang berikutnya.
Walhi Sumatera Barat pake citra satelit tuh analisisnya, dan mereka temuin indikasi pembukaan lahan buat penebangan liar yang gede banget, guys! Ada yang sebesar 50 hektar di Nagari Padang Air Dingin, Kabupaten Solok Selatan, dan 16 hektar di Nagari Sindang Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Yozarwardi, dia juga udah akui ada penebangan liar itu di dua kabupaten itu, guys. Dan sepanjang tahun 2023, mereka juga udah menindak beberapa pelaku penebangan liar itu, sampe ke meja hijau gitu. Katanya sih, kalau mereka gak mau dilarang, ya bakal dilakukan penegakan hukum, guys.
Hasil studi dari Auriga Nusantara sama beberapa LSM lingkungan kayak Walhi dan Greenpeace, nunjukin bahwa tutupan sawit di kawasan hutan di bentang alam Seblat itu makin melejit, loh! Dari 2.657 hektar di tahun 2000, sampe nyampe 9.884 hektare di tahun 2020. Astaga, bener-bener nambah gede ya!
Bentang alam Seblat, itu kan gabungan dari beberapa kawasan hutan, guys, termasuk TNKS, Taman Wisata Alam Seblat, hutan produksi terbatas Air Ipuh I, Air Ipuh II, Lebong Kandis, dan hutan produksi tetap Air Rami dan Air Teramang.
Tumpukan Masalah Lingkungan Bikin Bencana Berulang-ulang
Selain itu, Wengki dari Walhi juga bikin sorotan keras soal pembangunan ilegal di Lembah Anai di Kabupaten Tanah Datar, guys. Padahal, tempat itu udah jadi destinasi wisata favorit banyak orang. Ada kafe, pemandian, sampe masjid besar juga ada di sana. Malah rencananya ada hotel juga bakal dibangun di situ.
Tapi tau gak? Meski Lembah Anai itu kawasan hutan lindung dan cagar alam, tapi tetep aja kena dampak, guys. Bisa banjir, bisa longsor, kata Wengki. Nah, di tahun 2024, betul-betul semua itu hanyut, guys!
Kondisi lingkungan yang gini terjadi gara-gara eksploitasi sumber daya alam dan pembangunan yang asal-asalan, ditambah lagi aktivitas Gunung Marapi yang gak bisa dianggap remeh, akhirnya jadi "akumulasi krisis", kata Wengki. Krisis lingkungan ini numpuk dari tahun ke tahun, guys, sampe akhirnya kita ngalamin hujan ekstrem yang bikin bencana melanda.
Menurut Wengki, karena masalah lingkungan ini gak pernah diselesaikan akarnya, jadi pasti akan terus menerus. "Akibatnya, setiap tahun bencana berulang. Bahkan dalam satu tahun itu makin sering, makin dekat jarak antara bencana yang satu dan bencana berikutnya," katanya seperti dilansir dari BBC News Indonesia, Senin, 13 Mei 2024. Kita mesti siap hadapin itu semua, sambil kita bangun upaya-upaya buat ngembalikin kondisi lingkungan kita ke yang lebih baik.