Alasan Fomepizole Jadi Solusi Gagal Ginjal Akut
Selasa, 25 Oktober 2022 21:50
Reporter : Hartifiany Praisra
Ilustrasi gangguan ginjal akut pada anak.
JAKARTA -- Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia meningkat tajam sejak Agustus 2022 lalu. Pemerintah Indonesia pun mencari solusi guna menurunkan tingkat kematian pada pasien yang hampir mencapai 50 persen ini.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia Mohammad Syahril mengakui Femopizole jadi solusi atas gagal ginjal pada anak. Dia menyebut obat penawar Fomepizole merupakan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengatasi keracunan obat pada pasien gangguan ginjal akut.
"Obat penawar ini (Fomepizole) sudah direkomendasikan WHO dengan efektivitas tinggi di atas 90 persen. Dari data itu kami beli, disamping memang sudah siap dipakai," kata Syahril Selasa 25 Oktober 2022.
Pemerintah Indonesia akan mendatangkan Fomepizole ke Indonesia. Di antaranya adalah 26 vial dari Singapura dan 16 vial dari Australia.
"Selanjutnya pemerintah akan mendatangkan ratusan vial lagi dari Jepang dan Amerika Serikat, total sekitar 200 vial," kata Syahril.
Obat tersebut, lanjut Syahril, telah diuji pada 10 dari 11 pasien gangguan ginjal akut di Rumah Sakit Cipta Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Hasilnya, para pasien sebagian membaik dan lainnya stabil.
"Yang diberikan obat adalah pasien yang sudah menunjukkan gejala gangguan ginjal yang diduga karena keracunana. Contohnya pengurangan frekuensi buang air kecil dan jumlahnya juga berkurang," kata Syahril.
Pemeriksaan laboratorium pun dilakukan untuk melihat uji peningkatan ureum kreatinin dengan hasil lebih dari 1,5 kali atau naik senilai 0,3 mg/dL. Pemeriksaan USG pun memperlihatkan bentuk dan ukuran ginjal normal, tidak ada kelainan seperti batu, kista atau massa.
"Obat itu sudah diberikan kepada pasien sampai pada keadaan yang terberat," kata Syahril.
Syahrul mengakui pemakaian Fomepizole disesuaikan dengan panduan medis yakni sebanyak lima kali suntikan. Di RSCM sendiri, lanjut Syahrul pasien sudah disuntikkan tiga sampai empat kali suntikan dan menunjukkan perbaikan.
Perbaikan yang dimaksud adalah berupa volume urine yang kembali normal serta gejala lainnya yang mulai berkurang. Syaril pun menyatakan bahwa pasien yang telah pulih tidak perlu mendapatkan obat Fomepizole lagi.
"Bahkan hasil uji laboratorium, kandungan etilen glikol (EG) pada pasien yang keracunan tidak terdeteksi lagi," kata Syahrul. (ant)